Kamis, 04 Mei 2017 22:26 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Mata Jamila Ali Abdu, 7, setengah terbuka dan kondisinya tak berdaya.
Jamila selama 12 hari terakhir tinggal di bangsal gizi buruk di rumah sakit Hudaydah, Yaman.
Gadis cilik yang tak bersalah ini menjadi korban perang di negaranya. Dia menderita kelaparan dan gizi buruk. Dokter menyatakan, dia menderita cacingan dan sudah sulit diobati.
Setelah berhari-hari tak berdaya di bangsal gizi buruk rumah sakit, gadis tujuh tahun ini mengembuskan napas terakhir. Saudaranya membungkus tubuh Jamila dengan kain kafan warna hijau kekuning-kuningan.
Tangis saudaranya tak terbendung ketika memasukkan jenazah Jamila ke sebuah kuburan berdebu, hari Selasa, 2 Mei 2017 lalu.
”Kondisinya telah memburuk selama dua tahun terakhir. Setiap kali kami pergi ke rumah sakit, mereka mengatakan bahwa dia memiliki cacing dan bakteri,” keluh ayah Jamila, Ali, sebelum putrinya meninggal.
“Kami tidak bisa kemana-mana, kami orang miskin dan tidak bisa pergi ke (Kota) Sanaa atau tempat lain,” ujarnya, yang menceritakan dokter di Kota Hudaydah sudah tidak sanggup menolong putrinya.
Sebelum perang sipil pecah di Yaman, penduduk desa tempat Ali tinggal sudah dilanda bencana kekeringan. Warga kerap pergi ke pantai Laut Merah untuk mendapatkan bantuan air bersih, makanan dan obat-obatan. Namun, setelah perang pecah, kondisi semakin mengerikan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa seorang anak di bawah usia lima tahun di Yaman meninggal setiap 10 menit. Penyebabnya antara lain, kelaparan, penyakit, sanitasi yang buruk dan kurangnya perawatan medis.
Sekjen PBB, Antonio Guterres pada pekan lalu memperingatkan tentang kelaparan yang melumpuhkan seluruh generasi di Yaman.
Hampir 17 juta dari 28 juta orang di Yaman dinyatakan “tak aman dari kebutuhan makanan” oleh para kelompok penyalur bantuan. Sekitar 7 juta orang tidak tahu ke mana mereka akan mendapatkan makanan pada hari-hari berikutnya.
Setelah berkunjung ke Yaman, Kepala Dewan Pengungsi Norwegia, Jan Egeland mengutuk pihak-pihak yang bertikai di Yaman. Dia menuntut diakhirinya perang yang jadi malapetaka di Yaman. ”Ini adalah kegagalan besar diplomasi internasional,” katanya, seperti dikutip Reuters, Kamis (04/05/2017).(exe/ist)