Rabu, 26 April 2017 12:31 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com - Bank Indonesia (BI) menyambut baik perbaikan proyeksi pertumbuhan dunia 2017 oleh Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) , dari sebelumny diperkirakan 3,1 persen menjadi 3,5 persen.
"Hal ini menandakan adanya momentum positif pemulihan perekonomian dunia, setelah pada tahun-tahun sebelumnya proyeksi pertumbuhan justru beberapa kali dikoreksi ke bawah," kata Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Rabu (26/4/2017).
Agus menuturkan, momentum positif pemulihan perekonomian dunia tersebut ditopang oleh kinerja ekonomi yang membaik di sejumlah negara maju dan berkembang. Namun demikian, perekonomian dunia ke depan masih diliputi kerentanan yang tinggi, ketidakpastian politik, dan kondisi keuangan global yang lebih ketat serta pertumbuhan produktivitas yang rendah.
Secara khusus, lanjut Agus, negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai motor utama pemulihan ekonomi global dewasa ini dihadapkan pada risiko eksternal terkait kondisi keuangan global yang lebih ketat serta tren kebijakan di negara maju yang berorientasi ke dalam, termasuk dalam bentuk proteksionisme perdagangan.
Sehubungan dengan hal itu, guna menjaga momentum pemulihan dimaksud, Bank Indonesia mendukung tetap digunakannya kerangka kerja sama multilateral untuk mengatasi berbagai permasalahan ekonomi dan keuangan global dewasa ini. Bank Indonesia memandang bahwa kerja sama multilateral mendorong berbagai sumber pertumbuhan sehingga ekspansi perekonomian dunia dapat berjalan lebih berkesinambungan.
"Dalam kaitan ini, sistem perdagangan yang terbuka menjadi sumber pertumbuhan yang sangat penting bagi negara-negara kawasan Asia, termasuk Indonesia. Namun, Bank Indonesia juga memandang pentingnya upaya memastikan agar manfaat dari proses integrasi keuangan dan perdagangan global tersebut dapat dirasakan oleh lebih banyak segmen masyarakat," ujarnya.
Agus menambahkan, guna menjaga momentum pemulihan dan memastikan pertumbuhan yang lebih inklusif, Bank Indonesia mendukung rekomendasi IMF dan G20 tentang perlunya penerapan kebijakan fiskal, moneter, dan reformasi struktural di negara maju dan emerging. Rekomendasi-rekomendasi kebijakan itu sejatinya sejalan dengan bauran kebijakan yang tengah ditempuh otoritas Indonesia, termasuk Bank Indonesia.
Khusus dalam rangka memperkuat resiliensi perekonomian terhadap risiko eksternal, Bank Indonesia kembali menyuarakan arti penting penguatan Jaring Pengaman Keuangan Internasional (JPKI) dan kebijakan pengelolaan aliran modal. Terkait JPKI, Bank Indonesia mengapresiasi pengembangan instrumen likuiditas baru IMF serupa fasilitas swap yang dapat digunakan untuk mengatasi tekanan likuiditas jangka pendek.
"Bank Indonesia mengharapkan agar fasilitas baru ini dapat segera tersedia di tengah lingkungan global yang masih rentan dewasa ini," kata Agus.
Sementara itu, terkait pengaturan pengelolaan aliran modal, Bank Indonesia memandang bahwa kebijakan pengelolaan aliran modal sebagai bagian integral dari bauran kebijakan diperlukan untuk memitigasi risiko yang ditimbulkan dari volatilitas aliran modal yang berlebihan.
Agus sendiri juga menegaskan komitmen Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta mendukung pembahasan pada forum kerja sama internasional guna memperkuat resiliensi ekonomi dan keuangan dalam rangka mewujudkan pertumbuhan ekonomi dunia yang kuat, berimbang, berkesinambungan, dan inklusif.
Sebelumnya, di sela-sela Pertemuan Musim Semi IMF dan Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20, juga diadakan pertemuan antara delegasi Indonesia dan IMF-World Bank (WB) dalam rangka persiapan Indonesia menjadi tuan rumah Sidang Tahunan IMF-WB 2018 di Bali, Indonesia. Terkait hal ini, Bank Indonesia dan Pemerintah Republik Indonesia telah menyusun program Voyage to Indonesia (VTI) bersama dengan IMF dan WB. Delegasi Indonesia dalam kesempatan pertemuan dengan IMF dan WB tersebut dipimpin oleh Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut B. Panjaitan sebagai Ketua Nasional Sidang Tahunan IMF-WB 2018, Gubernur Bank Indonesia, dan Menteri Keuangan Republik Indonesia.
sumber: antara