Selasa, 25 April 2017 22:56 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Pelatihan nasional Tim Tinju Indonesia untuk SEA Games 2017 di Malaysia yang dilaksanakan di Icuk Sugiarto Training Centre, Cisaat, Sukabumi, Jawa Barat, dalam kondisi memprihatinkan.
Pasalnya, sudah empat bulan, terhitung sejak Januari, tidak ada kucuran dana dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Praktis, selama itu pelatnas ditanggulangi para Pengurus Pusat Persatuan Tinju Amatir Indonesia (PP Pertina) yang berinisiatif mengumpulkan dana secara patungan.
Fakta kurang sedap ini diungkapkan Ketua Umum PP Pertina, Brigjen (Pol) Jhonny Asadoma, kepada awak media di Pintu I Kompleks Gelora Bung Karno Jakarta, Selasa (25/04/2017), pada acara pelepasan Tim Tinju Pelatnas SEA Games 2017 yang akan melakukan uji coba dengan mengikuti Kejuaraan Asia di Uzbekistan, 26 April - 5 Mei.
Ada delapan petinju yang diberangkatkan ke Uzbekistan. Mereka adalah Kornelia Kawangu (kelas layang 49 kilogram), Aldom Sugoro (terbang 52kg), Simon Makarawey (bantam 56kg), Paran Papendang (ringan 60kg), Saroha Tua Lumbang Tobing (welter ringan 64kg), Bram Betaubun (menegah 75kg), Oscar Laim (berat ringan 75kg) dan Brandon Joy (kelas berat 91kg).
"Pelatnas tim tinju ke SEA Games 2017 sudah kami laksanakan sejak November 2016," kata Jhonny Asadoma yang didampingi beberapa pengurus PP Pertina.
Dikatakannya lagi, kesiapan petinju secara umum cukup bagus. Metode latihan dan program berjalan baik. Tetapi ada hal yang cukup memprihatinkan karena sejak Januari sampai sekarang, dana dari Kemenpora belum cair. Baik untuk uang saku atlet, akomodasi maupun konsumsi.
"Kondisi ini membuat kami kesulitan untuk bisa mempersiapkan tim tinju ke SEA Games 2017 secara maksimal. Petinju disuruh latihan serius dan semangat, tetapi kebutuhan gizinya tidak dipenuhi. Target setinggi langit, tetapi upaya nol, ini anomali," keluh Jhonny.
"Para petinju benar-benar dalam kondisi memprihatinkan. Jangankan untuk beli kebutuhan yang lain. Untuk beli sabun saja mereka tidak mampu," imbuhnya.
Jhonny mengaku, sangat menyayangkan karena kejadian seperti ini bukan baru kali ini saja. Tetapi faktanya masih terus berulang.
"Dulu, di Asian Games 2014 tim tinju juga mengalami hal yang sama. Pelatih dan pengurus mengeluh tidak ada perlengkapan. Uang saku dan akomodasi juga tidak didukung. Kalau begini terus bagaimana olahraga kita mau maju. Manajemen Kemenpora harus direformasi total," tandasnya.
Melihat kondisi seperti ini, sambung Jhonny, pihaknya tidak berani menetapkan target di SEA Games 2017. "Kalau begini bagaimana kami mau memotivasi mereka. Kondisi atlet sangat memprihatinkan. Moril mereka jadi turun," ucapnya.
Jhonny mengungkapkan pihaknya sudah berulang kali menanyakan hal ini ke Kemenpora. Tetapi sejauh ini belum juga ada solusi. "Saya pikir, sudah waktunya Presiden turun tangan untuk mengatasi persoalan tersendatnya anggaran untuk pelatnas tim tinju ke SEA Games," tukasnya.(exe/ist)