Minggu, 09 April 2017 15:51 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com - Ketua Adara Relief International, Nurjanah Hulwani, mengutuk keras serangan udara berupa gas beracun diwilayah Idlib, Suriah, yang dilakukan oleh pemerintah Rezim Assad dan sekutunya, Rusia, Selasa (4/4/2017).
Nurjanah mengatakan, serangan tersebut merupakan bentuk kebrutalan di luar akal sehat yang terjadi di dunia modern saat ini. "Serangan yang menewaskan 103 warga sipil itu tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan," ucapnya di Jakarta, Minggu (9/4/2017).
Sebagai lembaga sosial kemanusiaan di Indonesia yang fokus membantu urusan anak dan perempuan itu, Nurjanah menjelaskan, pihaknya mengajak seluruh masyarakat dunia untuk menyatakan pertentangan terhadap kejahatan yang dilakukan oleh rezim Assad beserta sekutunya agar kejahatan mereka diadili di pengadilan HAM Internasional.
"Saya juga menyerukan kepada seluruh pemimpin negara Timur Tengah agar bersatu guna menyelesaikan konflik di Suriah dan menghentikan kebiadaban tiada henti yang dilakukan oleh Rezim Assad beserta para sekutunya," tegas Nurjanah.
Tak hanya itu, Nurjanah menambahkan, pihaknya juga mengajak segenap bangsa Indonesia untuk turut serta mengutuk dan menentang kebiadaban Rezim Assad serta sekutunya terkait serangan biadap tersebut.
"Rakyat Indonesia harus peduli terhadap kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Suriah dengan melakukan sosialisasi, penggalangan dana dan doa tulus bagi rakyat Suriah," tandasnya.
Sebagai informasi, pemerintah Rezim Assad dan sekutunya, Rusia, melakukan serangan udara berupa gas kimia beracun terhadap warga sipil di wilayah Idlib, Suriah.
Berdasarkan laporan Syrian Network for Human Right (SNHR), akibat serangan udara ini 103 warga sipil terbunuh dan lebih dari 600 orang mengalami luka. Sebanyak 33 anak-anak juga terbunuh dalam serangan misil yang ditembakkan melalui pesawat tempur.
Di wilayah Al Shamali yang terletak di kota Khan Sheikhoun City di provinsi Idlib bagian selatan, serangan gas beracun telah membunuh 60 warga sipil, termasuk diantaranya 11 perempuan dan 23 anak-anak. Sebanyak 200 orang juga menderita sesak nafas akibat insiden tersebut. Di kota Salqin, provinsi Idlib di bagian barat, korban pembunuhan massal naik hingga 23 orang, termasuk 14 diantaranya anak-anak dan 5 orang perempuan.
Jumlah korban yang terbunuh dapat dipastikan terus bertambah karena korban yang menderita luka semakin bertambah buruk kondisinya sehingga menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Dalam serangan ini, korban yang terkena gas kimia beracun mengalami gejala yang mengerikan seperti sesak nafas akut dengan kondisi membiru di sekitar kulit, peningkatan produksi air liur, penyempitan pupil yang mengakibatkan hilangnya kemampuan merefleksi cahaya, hingga melemah dan lumpuhnya otot-otot pernafasan yang berujung pada kematian.
Serangan senjata kimia yang dilancarkan rezim Assad dan sekutunya Rusia kali ini merupakan serangan yang terburuk sejak tahun 2013. Menurut PBB, tipe senjata yang digunakan pada serangan udara di Idlib tersebut merupakan jenis senjata yang dilarang oleh hukum internasional karena menunjukkan kebrutalan yang tidak bisa ditoleransi. (ist)