Senin, 27 Maret 2017 17:21 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com - Tim Riset DBS Bank memperkirakan inflasi tahunan (year on year/yoy) pada Maret 2107 akan menyentuh 3,9 persen, atau naik tipis dibandingkan inflasi tahunan Februari 2017 sebesar 3,83 persen.
Ekonom DBS Bank Gundy Cahyadi dalam rilis hasil risetnya diterima di Jakarta, Senin (27/3/2017), menyebutkan inflasi di sisa tahun juga berisiko melewati empat persen, jika tidak disertai penanganan memadai untuk menurunkan tekanan dari kelompok bahan makanan.
"Inflasi secara bertahap meningkat lebih tinggi tahun ini. Melihat laju inflasi sekarang, Indeks Harga Konsumen bisa melewati lima persen di akhir tahun," kata Gundy.
Tekanan inflasi terbesar pada 2017 bersumber dari kelompok tarif yang diatur pemerintah (administered prices) mengingat pemerintah ingin meyesuaikan besaran subsidi energi.
Pemerintah dan Bank Indonesia menyepakati untuk semaksimal mungkin menurunkan inflasi dari tarif barang yang bergejolak (volatile food), agar dampak dari administered prices tidak meningkatkan inflasi secara keseluruhan.
Inflasi yang ditargetkan pemerintah sesuai APBN 2017 adalah empat persen, sementara Bank Indonesia ingin menjaga inflasi di rentang di 3-5 persen.
Gundy mengatakan salah satu tekanan inflasi akan bersumber dari tarif transportasi dan juga kelompok perumahan. Tarif kelompok transportasi, kata Gundy, pada Februari sudah meningkat 3,1 persen (yoy), yang merupakan peningkatan tertinggi sejak akhir 2015.
Ke depan, tekanan dari sektor transportasi diperkirakan akan meningkat. Pasalnya, di pertengahan tahun terdapat potensi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), menyusul kenaikan harga minyak dunia.
"Inflasi dari kelompok peruamhan juga bisa meningkat karena penyesuaian subsidi listrik," ujar dia.
Tim riset DBS juga melihat inflasi inti (core inflation) akan naik pada tahun ini menjadi 3,4 persen dari 3,1 persen di Desember 2016, karena tingginya konsumsi masyarakat.
Inflasi tahun ini diperkirakan DBS akan berada di 4,5 persen (yoy) dan dapat meningkat ke 5,1 persen (yoy) pada 2018, salah satunya kareana pengaruh harga minyak.
sumber: antara