Selasa, 14 Maret 2017 12:44 WIB

Seret Sandiaga Uno, Fransiska Bantah Kasus Penggelapan Uang Bernuansa Politis

Editor : Sandi T
Sandiaga Uno. (dok)

JAKARTA, Tigapilarews.com - Djoni Hidayat melalui kuasanya, Fransiska Kumalawati Susilo, mengaku laporan ke polisi beberapa hari lalu terkait kasus dugaan penggelapan uang penjualan tanah oleh Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor urut 3, Sandiaga Uno, tidak ada nuansa politis.

"Iya itu kan bukan urusan saya. Karena ini kejadiannya saya udah kejar-kejar mereka ini kan udah dari tahun lalu," ucap Fransiska saat dihubungi Tigapilarnews.com, Selasa (14/3/2017).

Tak hanya itu, Fransiska menegaskan jika laporan polisi yang ia laporkan di Polda Metro Jaya pada 08 Maret 2017 lalu itu tidak ada sangkut pautnya dengan Pilkada DKI Jakarta. Dalam artian, tidak ada maksud untuk menjatuhkan Sandiaga dalam kompetisi pemilihan gubernur di putaran ke dua ini.

"Tidak lah, saya tidak ada urusan, urusan-urusan Pilkada. ya si Sandi mau jadi apapun juga tapi kan bukan caranya ngambil barang orang, ngambil hak orang itu aja," cetus Fransiska.

Berdasarkan keterangan Fransiska, saat Sandiaga dengan Andreas menjadi direksi di PT Japirex, mereka telah melakukan penjualan properti berupa sebidang tanah.

Fransiska sudah berusaha menghubungi Sandiaga dan Andreas beberapa kali namun tidak ada respon yang positif.

Kasus ini bermula saat manajemen Japirex, yaitu Sandiaga dan Andreas berencana menjual aset tanah Japirex seluas kira-kira 6.000 meter persegi di jalan Curug Raya KM 3.5 Tangerang Selatan. Dibelakang tanah itu terdapat 3.000 meter persegi milik Djoni Hidayat.

Sekedar informasi, Djoni Hidayat juga merupakan jajaran manajemen di PT Japirex tersebut.

Berdasarkan keterangan Djoni yang diungkapkan Fransiska, tanah 3.000 meter tersebut merupakan tanah titipan dari mendiang Happy Soeryadjaya. Diketahui almarhumah merupakan istri pertama Edward Soeryadjaya anak dari William Soeryadjaya, pengusaha kondang pendiri PT Astra Internasional.

Sandiaga dan Andreas kemudian mengajak Djoni untuk ikut menjual tanahnya.

Sebab, kata Fransiska, Sandiaga dan Andreas menyebut tanah Djoni tidka memiliki akses jalan. Mereka juga menjanjikan memberikan keuntungan dari hasil penjualannya.

Pada akhir 2012, seluruh properti tersebut laku terjual dengan harga Rp 12 miliar. 

Meski laku terjual, Djoni hanya diberikan uang sekitar Rp 1 miliar saja. Uang itu diberikan oleh Andreas sebagai bagian dari pemutusan kerja dan keuntungan.

Lanjut Fransiska, pada saat itu Djoni mengira jika sisa uangnya itu telah diberikan Sandiaga dan Andreas kepada keluarga Edward Soeryadjaya. Namun, belakangan ini diketahui jika uang hasil penjualan tanah tersebut tidak pernah diterima oleh keluarga almarhumah Happy Soeryadjaya.

Bahkan, dibeberkan Fransiska, alasan dirinya baru melaporkan kasus tersebut ke polisi lantaran Sandiaga dan Andreas merupakan teman lama atau sahabat dekat dari Edward.

"Tidak, kita kan maunya kan karena kan inikan semuanya orang-orang lama, saya tuh kenal tuh mereka tuh dari kecil lah dari pak Edward tuh masih Sekolah Dasar (SD) lah hitungannya," bebernya.

Lalu, dikatakan Fransiska, Sandiaga sudah dianggap seperti adik asuh dari Edward. Sehingga, ia awalnya ingin menyelesaikan permasalahan tersebut secara kekeluargaan. Namun, ia merasa tidak ada itikad baik yang diberikan oleh Sandiaga.

"Kalau sandiaga itu sudah kaya anak sendiri, udah kaya anak angkat pak Edward, ya anak asuh atau adik asuh lah ya, nah seperti gitu. Kita kan tadi maunya diselesaikan secara kekeluargaan dan itu saya sudah lakukan itu udah dari tahun lalu dari Januari, sebelum Januari malah," ungkap Fransiska.

"Januari itu yang terakhir saya ketemu 2016 ya, itu saya ketemu sempet ketemu pak Andreas. Saya whatsapp-an sama Sandiaga itu juga saya terakhir whatsapp itu minggu lalu, 10 hari yang lalu deh," sambungnya.

Sandiaga sempat merespon percakapan Fransiska melalui whatsapp saat itu. Sandiaga mengatakan dia akan membereskan permasalahan tersebut. Namun, usai itu Sandiaga kembali menghilang.

"Tadinya direspon, terus ya sekarang sudah tidak direspon. Iya jadinya kan ya tidak bisa gitu dong. Iya kan kita kan tadinya maunya baik-baik kita kan juga isi whatsapp-nya jelas dia bilang 'iya nanti saya beresin' gitu loh," tandas Fransiska.

Terpisah, menaggapi hal tersebut Sandiaga mengaku tidak ingat terkait kasus yang menjeratnya itu.

"Tidak ingat saya, asli tidak ingat. Saya mesti cek dulu. Saya baru lihat laporan ini, saya tidak mengerti kasus ini," ujarnya di Jalan Palmerah, Jakarta Pusat, Senin (13/3/2017) kemarin.

Sandiaga baru mengetahui kasus tersebut ketika diperlihatkan bukti surat laporan oleh awak media yang menanyainya. Sandiaga enggan berkomentar banyak dan akan berkonsultasi dengan tim hukum terlebih dahulu.

"Akan konsultasi dengan tim advokasi dan tim hukum, karena kita sendiri saja belum tahu, belum mendapatkan informasi apa pun berkaitan dengan pelaporan tersebut," cetus Sandiaga

"Jadi izin untuk mengkonsultasikan dengan tim hukum kepada teman-teman dari media, apa sebetulnya esensi kasusnya, apa kaitannya dengan saya," demikian Sandiaga.


0 Komentar