Laporan: Ryan Suryadi
JAKARTA, Tigapilarnews.com - Ediyanto Limbong (35), mengaku sudah empat tahun bekerja sebagai sopir truk sampah di Dinas Kebersihan (Dinsih) DKI Jakarta, khususnya di Waduk Pluit di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.
Ia mengatakan, banyaknya sampah yang sudah tertimbun lumpur di dasar Waduk Pluit tersebut. "Kami petugas kebersihan harus ekstra lebih keras lagi kerjanya. Setiap hari, kami juga sering membersihkan sampah di Waduk, malah di pinggiran waduk. Sebanyak apapun, secanggih apapun alat pengangkut sampahnya, kalau warganya masih buta kebersihan, sulit diatasi. Sampah di Waduk Pluit maupun di sekitar pinggirannya itu terdapat sampahnya warga di DKI Jakarta," kata Edi, Senin (05/12/2016).
Menurut Edi, sampah-sampah tersebut masuk ke Waduk Pluit melalui melalui sejumlah aliran-aliran sungai yang melintasi ibukota. Aliran sungai tersebut membawa banyak sampah dan bermuara ke Waduk pluit.
"Sampah rumah tangga yang kayak plastik, lalu ada semacam bungkusan makanan, apapun itu awalnya pasti dari sungai. Kalau saya katakan, lokasi ini begitu persisnya dengan Bantar Gebang. Bedanya, di waduk ini ada airnya, lebih dominan. Saya kesalnya itu masih saja sampah ada di Waduk Pluit. Karena warga buang sampah ke sungai, pasti lah begini. Waduk Pluit banyak sampahnya," ucap Edi.
Edi mengungkapkan, dalam satu hari ada enam truk berukuran 9 kibik mengangkutkan sampah di Waduk Pluit jika musim penghujan. Keenam unit truk tersebut bisa kembali ke Waduk Pluit sebanyak tiga kali.
"Kami hanya mengangkut sampah yang sudah ditaruh ke tepi Waduk, lalu kami angkut dan dibawa ke penampungan yang berada di Kawasan Penjaringan. Dibuang ke Depo penampungan sampah yang di penjaringan. Kebetulan memang lokasi depo (penampungan) itu tak jauh," imbuhnya.
"Lokasinya itu ada di sisi selatan Waduk Pluit. Saya berharapnya, jika warga jangan selalu buang sampah ke kali atau ke aliran sungai. Percuma waduk ini selalu dikeruk, dan nyatanya masih banyak sampah di waduk, enggak habis-habis," jelasnya.(exe/ist)