Laporan: Arif Muhammad RiyanJAKARTA, Tigapilarnews.com - Bank Dunia (World Bank) memuji perekonomian Indonesia, salah satunya terkait dengan upaya pengurangan kemiskinan.Menanggapi hal tersebut, anggota Komisi XI DPR, Heri Guanawan mengatakan, sistem ekonomi yang dijalankan pemerintahan Jokowi tak lebih baik dari sistem ekonomi liberal sekalipun.Selain itu, kata Heri, Bank Dunia yang memuji program pengurangan kemiskinan khususnya di wilayah Asia, harus dibaca secara objektif dan mendalam."Bank dunia mengakui adanya kenaikan pendapatan warga yang kemudian menjadi sebab turunnya kemiskinan. Tapi, musti dilihat juga bahwa kenaikan itu ada di kelompok sosial yang mana?," ucap Heri lewat siaran pers yang diterima Tigapilarnews.com, Rabu (26/10/2016)."Justru, di dalam laporannya, terselip peringatan Bank Dunia atas ancaman ketimpangan ekonomi yang akan sangat menggangu program pengentasan kemiskinan di masa mendatang hingga 2030," sambungnya.Di penghujung 2015 lalu, lanjut Politikus Gerindra ini, Bank Dunia sempat menyatakan bahwa, jika pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak berbanding lurus dengan pencapaian kesejahteraan.Pertumbuhan yang ada lebih dinikmati oleh 20% masyarakat terkaya, sedangkan, 80% penduduk atau lebih dari 205 juta orang, rawan tertinggal."Kedua, ekonomi yang ada sekarang menghasilkan ketimpangan yang makin lebar, sebab adanya ketimpangan peluang, ketimpangan pasar kerja, dan adanya konsentrasi kekayaan pada satu kelompok paten saja," cetusnya.Heri berpendapat, ekonomi Indonesia tumbuh sesuai prediksi Bank Dunia lantaran tumbuhnya ekonomi global yng hanya mampu tumbuh sebesar 2-3%, sementara pertumbuhan ekonomi indonesia diperkirakan antara 5%-5,1%, hal yang wajar jika nantinya bisa tumbuh di atas rata-rata global."Antara lain ditopang oleh sektor riil yang sejak dahulu sudah bergulir, buktinya; apa masyarakat peduli dengan pertumbuhan ekonomi, nggak tuh. Sektor rill tetap aja jalan dengan semestinya, malah yang terjadi daya beli semakin menurun. Jadi, tidak bisa diklaim sebagai keberhasilan pemerintah saat ini. Itu murni faktor eksternal," tandas mantan Ketua Komisi VI DPR ini.