Selasa, 16 Agustus 2016 07:36 WIB

Empati Tak Lazim, Gerak Gerik Mencurigakan Jessica Terungkap

Editor : Yusuf Ibrahim
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Gerak gerik mencurigakan yang dilakukan Jessica Kumala Wongso sedikit terungkap.

Saksi ahli yakni, psikologi Antonia Ratih Andjayani mengungkapkan dari gerakan Jessica indikasi pelaku semakin jelas. Dalam kesaksian di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Antonia Ratih mengungkapkan, Jessica cukup tenang dalam beberapa situasi.

Salah satunya tak menolong Wayan Mirna Salihan ketika meregang nyawa. Sekalipun pada saat itu Jessica terlihat menggotong Mirna, namun analisis Antonia mengindikasikan Jessica hanya memegang dari samping. Ini terlihat berbeda seperti pertolongan yang dilakukan oleh Hani maupun sejumlah pegawai Oliver.

Perilaku semacam ini, lanjut Antonia, seperti menunjukan bahwa Jessica sudah mengetahui Mirna kritis. "Jessica mampu tampil sangat tenang, menguasai diri, kalem, dan tampak dingin," terang Antonia, Senin (15/08/2016).

Antonia melanjutkan, hasil pemeriksaan selama enam jam yang dilakukan di Polda Metro Jaya bersama Prof TB Ronny Rahman Nitibaskara mengungkapan indikasi lain. Yakni sikap responsif yang dilakukan Jessica. Kala itu, Jessica menjadi tampak dingin dan ketus setelah dimainkan emosi, ini merupakan bagian sikap responsif.

"Perilaku demikian, Jessica dikategorikan memiliki amorous narcissist, yakni sifat kepribadian yang sering menggunakan kebohongan rumit untuk beralih dari satu hubungan ke hubungan lain. Dalam sesi wawancara, jawabannya selalu berbeda. Belum lagi dia tak bisa menjelaskan dengan detail," paparnya.

Antonia menuturkan, dalam hasil wawancara terungkaplah hasil tak sinkron dengan gerakan yang dilakukan di Kafe Oliver, ini terbukti setelah setelah data itu ditelusuri satu per satu.

Antonia menambahkan, keganjilan lainnya yang terungkap yakni saat Jessica melakukan wawancara di stasiun televisi. Hal itu disebut ganjil karena kebanyakan orang akan trauma dan cenderung tertutup ketika baru saja melihat orang lain, apalagi temannya meninggal di hadapannya.

"Dokter sekalipun akan cukup trauma bila pengalaman ini terjadi," ucapnya.

Sekalipun kala itu Jessica menjadi prihatin dengan terlihat aktif di media sosial, namun kegiatan demikian semakin mengindikasi bahwa empati yang dilakukannya sangat tak lazim, dan tidak biasa dilakukan oleh orang normal.

Termasuk ketidakhadiran Jessica saat di rumah duka, ini menjadi tanda tanya besar. "Harusnya berduka, berkabung, dan menunjukkan gestur yang lebih empati kepada keluarga. Saya tidak menemukan itu (dari Jessica)," ungkap Ratih.

Sementara itu, Ketua Tim Kuasa Hukum Jessica, Otto Hasibuan, mengatakan, dalma kesaksikannya Antonia tidak bersikap objektif dan terkesan membantu penyidik. Otto menilai semestinya sikap independen wajib ditunjukkan oleh saksi ahli, termasuk saat memeriksa Jessica.

"Di dalam BAP pun tidak ada antara Jessica dengan Ratih. BAP yang ada justru antara Antonia dengan penyidik," ucapnya.

Jaksa Penuntut Umum Ardito Muwardi menjelaskan, kapasitas Antonia dihadirkan tak hanya pernah ikut dalam penyidikan. Antonia pernah ikut melakukan observasi mengetahui mental dan psikologi Jessica.(exe/ist)
0 Komentar