Rabu, 03 Agustus 2016 16:24 WIB

Mediasi Korban Vaksin Palsu dan Manajemen RS Harapan Bunda Berjalan Alot

Editor : Rajaman
Laporan: Hendrik Simorangkir

JAKARTA, Tigapilarnews.com - Pertemuan mediasi antara orang tua korban vaksin palsu dan manajemen RS Harapan Bunda di Kantor Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), berjalan alot dan belum membuahkan hasil.

Ketua Aliansi Orang tua korban vaksin palsu, August Siregar mengatakan, pertemuan ini hanya buang waktu saja, karena ia sudah menduga tidak akan membuahkan hasil. Dalam mediasi tersebut, ia menyampaikan pihak manajemen belum juga menentukan sikap terkait 7 tuntutan para orang tua korban.

"Kalian ini ke sawah tapi tidak membawa cangkul. Jadi kalian ini datang ke sini tanpa membawa sikap yang jelas terhadap tuntutan kami," ujar August, Rabu (3/8/2016).

Menanggapi hal tersebut, pihak manajemen RS Harapan Bunda yang diwakili oleh dr. Fida Kholid menjelaskan, hingga saat ini pihaknya hanya menuruti prosedur yang diberikan oleh Kemenkes, Bareskrim, serta Satgas Penanganan Vaksin Palsu.

"Sejak 18 Juli, penanganan ini sudah diambil alih resmi oleh pemerintah. Kami dan rumah-rumah sakit lainnya tidak diperkenankan menangani korban vaksin sendiri-sendiri," jelas Fida.

Proses mediasi yang berjalan alot, lantaran salah satu tuntutan orang tua korban, yakni meminta RS Harapan Bunda untuk memberikan data pasien yang di vaksin di rumah sakit tersebut, tidak dapat dipenuhi oleh pihak manajemen. Pihak manajemen berdalih saat ini pihaknya belum memiliki data pasien tersebut.

"Kalau kami mempublish data korban vaksin, kami tidak bisa karena kami tidak ada datanya. Itu juga karena perintah bareskrim," terang dia.

Sementara, Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait sebagai salah satu perwakilan mediator mengatakan, proses mediasi ini tidak membuahkan hasil apapun. Ia meminta kepada pihak RS Harapan Bunda untuk bisa membuka data pasien yang pernah di vaksin di rumah sakit tersebut dalam waktu 2 hari kedepan.

"Jadi kami minta kepada manajemen RS Harapan Bunda untuk bisa membuka data itu dalam waktu dua hari kedepan," pungkas Arist.
0 Komentar