JAKARTA, Tigapilarnews.com - Direktur Centre for Budget Analysis (CBA), Uchok Sky Khadafi meminta masyarakat untuk mengawasi benar tindak tanduk para kader Partai Golkar di bawah Ketua umum Setya Novanto.Selain karena adanya nama-nama kader yang sudah pernah divonis karena beberapa kasus pidana dan etika mulai dari korupsi, pembunuhan dan video mesum, juga karena ada beberapa nama termasuk Setya Novanto sendiri yang sering disebut dalam beberapa kasus korupsi.“Saya kira masyarakat saat ini perlu benar-benar mengawasi dan mewaspadai tindak tanduk para kader Partai Golkar. Selain karena kabarnya ada beberapa nama yang pernah divonis karena berbagai kasus pidana seperti korupsi pembunuhan dan juga kasus etika video mesum akan duduk di kepengurusan, juga karena ada beberapa nama termasuk Ketua Umum Partai Golkar, Setya Novanto sendiri yang sering dikaitkan dengan kasus-kasus korupsi,”ujar Uchok sat dihubungi, Senin (30/5/2016).Hal ini menurut Uchok perlu dilakukan, agar kader-kader Partai Golkar tidak lagi mencoba-coba untuk bermain anggaran.”Untuk itu saya meminta masyarakat dan terutama media untuk benar-benar bisa mengawasi tindak tanduk mereka, jangan sampai mereka berkesempatan bermain-main dengan anggaran dengan memanfaatkan kekuasaan,”kata dia.Uchok pun beralasan, dirinya perlu mengingatkan hal itu karena dengan terpilihnya Setya Novanto sebagai ketum Partai Golkar, tentunya akan ada konsekuensi rotasi jabatan baik di partai maupun di DPR.”Saat ini saja kader-kader Partai Golkar yang mendukung Setya Novanto di Munaslub Bali, sudah duduk di Badan Anggaran seperti Roemkono dan Kahar Muzakir. Kahar Muzakir sendiri pernah disebut dalam kasus PON Riau bersama dengan Setya Novanto.Jangan sampai mereka memanfaatkan posisi mereka untuk bermain,” sambung dia.Dia pun meminta Ketua DPR, Ade Komaruddin untuk tidak takut menghadapi kader-kader Partai Golkar yang bermain-main dengan anggaran. Ade pun dimintanya untuk tidak sekedar mengompori media melakukan pengawasan tapi juga berperan aktif untuk membersihkan DPR dari perilaku tindak pidana korups.“Ade Komaruddin itu kan Ketua DPR juga mantan pesaing Setya Novanto dalam Munaslub Partai Golkar. Dia harus bisa melindungi DPR dari perilaku koruptif kader-kader Golkar dan jangan Cuma bisa mengompori media dan masyarakat untuk mengawasi permainan anggaran di badan anggaran dari berbagai permainan,” tegas Uchok.Kepada masyarakat, Uchok pun menghimbau kalau kemudian terbukti bahwa banyak kader Partai Golkar bermain anggaran, untuk tidak memilih partai berlambang pohon beringin itu lagi.”Sejatinya kalau ada partai yang korup, maka sesuai hukum partai tersebut harus dibubarkan. Namun nampaknya sampai saat ini hukum masih sulit ditegakkan. Makanya jika kedepa masih banyak kader-kader yang korup kembali lolos dari jerat hukum, maka kita masyarakat punya hak dan kewajiban untuk tidak lagi memilih partai tersebut. Kalau hukum tidak berjalan dan partai yang korup tidak dibubarkan oleh pemerintah, maka masyarakat saja yang membubarkan dengan tidak memilih lagi partai tersebut,” tandas dia.Sebelumnya, Ketua DPR Ade Komaruddin meminta bantuan sampai berkali-kali kepada awak pewarta untuk benar-benar mengawasi proses legislasi dan terutama pembahasan anggaran di Badan Anggaran. Ketika ditanyakan mengapa dirinya perlu mengingatkan media untuk mengawasi badan anggaran sampai 5 kali dalam kata sambutannya,Akom begitu dia biasa disapa menjawab bahwa bukan hanya masalah di badan anggaran yang ditekannyanya tapi juga masalah legislasi.”Saya ngomong berulang-ulang itu bukan hanya masalah pengawasan media di banggar tapi juga legislasi,malah itu saya sebut lebih banyak. Biar berita itu tidak digoreng-goreng terus,” tegas, Jumat (27/5/2016).Diketahui, Ketua Umum Partai Golkar, Setya Novanto banyak disebut-sebut terlibat dalam beberapa kasus seperti kasus Bank Bali, Kasus PON Riau, Kasus Limbah Beracun, dan oleh Mantan Bendum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin, Setya Novanto disebut terlibat dalam kasus e KTP.Selain itu sejumlah nama yang pernah dipidana dikabarkan ditempatkan di DPP Partai Golkar seperti ketua bidang seperti Fahd A Rafiq terpidana kasus suap DPID tahun 2012, Sigit Wibisono mantan napi kasus pembunuhan, hingga Yahya Zaini yang pernah terlibat kasus video mesum.