Laporan: Ryan SuryadiJAKARTA, Tigapilarnews.com – Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyambangi warga Pasar Ikan dan kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (10/5/2016) pagi. Sejumlah warga korban penggusuran pun mencurahkan isi hatinya kepada mereka.Salah seorang warga kampung Akuarium, Catur menceritakan kisah pilu dalam tragedi penggusuran tempat tinggalnya beberapa waktu lalu.“Kalau saat ini terasa panas. Tapi lebih panas pas penggusuran lalu. Sedih saya mengingatnya pak,” ungkap Catur, di hadapan anggota MUI, Selasa (10/5/2016).Catur menjelaskan warga Pasar Ikan dan warga kampung Akuarium juga mengalami intimidasi sebelum dilakukan pembongkaran."Sebelum dibongkar air enggak hidup. Jadi dimatikan begitu, enggak mengalir. Begitu dicek yang keluar air asin,” cerita Catur.Saat pembongkaran, ayahnya Catur pun nyaris tertimpa reruntuhan bangunan yang dihancurkan oleh alat berat. "Bapak saya kalau enggak ketahuan saya sama warga bisa mati ketimpa runtuhan bangunan pak,” ujar Catur.Upi Yunita warga Pasar Ikan juga sempat meminta pemerintah setempat lurah dan camat untuk dilakukan penangguhan pembongkaran. Hal itu disampaikan lantaran saat pembongkaran banyak anak SMA yang sedang mengikuti UN."Saya minta ditangguhkan bukan berarti minta ganti rugi. Waktu itu pak camat bilang yang akan dibongkar 8 meter dari tanggul barat dan timur. Tapi nyatanya, lebih dari itu,” ungkap Upi.Icih, warga Pasar Ikan lainnya menuturkan kekerasan pada anak warga Pasar Ikan dan warga kampung Akuarium juga terjadi saat proses pembongkaran. Icih menyaksikan langsung saat pembongkaran banyak anak kecil yang terinjak-terinjak."Anak kami kecebur kali. Terinjak-injak aparat saat pembongkaran. Begitu dibongkar, kita pada tinggal di bekas reruntuhan,” kata Icih.