JAKARTA, Tigapilarnews.com - Julian Philip, chief officer kapal yang sempat disandera oleh kelompok sipi bersenjata di Filipina, membeberkan modus pelaku sejak awal penyanderaan itu dimulai."Pembajakan itu tanggal 25, sekitar jam 15.20 waktu setempat. Pada saat itu, mereka datang ke kapal langsung boarding di kapal dengan speed boat," jelasnya, saat ditemui di Kemlu, Senin (2/5/2016).Julian melanjutkan, kala itu ada delapan orang penyandera yang merapat ke kapal. Semula, kata dia, para awak kapal Brahma tak curiga atas kedatangan sekelompok orang tersebut"Mereka menggunakan seragam National Police Philifine. Jadi, kita anggap mereka petugas. Mereka naik ke kapal dengan senjata lengkap, dan ternyata langsung menyandera kita," jelasnya.Kontan, menurut Julian, awak kapal terkejut. Pasalnya, sambung dia, petugas polisi itu ternyata adalah penyandera.Para awak kapal, Julian mengatakan, sempat diikat di kapal. Tapi kemudian dilepaskan, kata dia, setelah berjanji tak akan melawan."Ada yang bawa M14, M16 double body. Pelurunya besar-besar semua lengkap. Terus kita langsung disandera dan diikat. Ada yang diborgol sama diikat. Kita memohon sama mereka agar supaya kita jangan diikat. Karena kita tidak akan melawan. Mengikuti apa kemauan mereka. Kita setuju dan kita dilepaskan dari ikatan itu dan borgol. Komunikasi berjalan lancar kita tidak melawan," bebernya.Dari situ, menurut Julian, kapal diarahkan ke arah timur, ke Tawi-tawi. Kita disuruh lepas punya gandengan tongkang. Maunya kita dibuang jangkar tapi mereka tidak setuju," urai Julian.Saat itu, tongkang pun dilepas begitu saja. Para penyandera menghindari patroli Marinir Filipina."Di sebelah utara Tawi-Tawi kapal itu ditinggalkan begitu saja. Karena kita nggak melakukan perlawanan, akhirnya kita dibawa terus. Kalau ada perahu-perahu dan kapal di jalan mereka menghindar," lanjutnya.Sekitar tanggal 26 Maret kapal tiba di sebuah pulau. Para penyandera, menurut Julian, memperhatikan kondisi para sandera. Setelah itu, sambung dia, sandera dibawa ke arah timur."Nama pulau kita nggak tahu. Kita itu dalam dua hari dipindahkan lagi, 4 hari pindah lagi karena mereka mendapat informasi bahwa di sini, jam sekian, posisi sekian, ada yang beroperasi. Jadi mereka itu tetap dapat informasi," pungkasnya.