Laporan : Evi AriskaJAKARTA, Tigapilarnews.com - Wakil Ketua DPR Fadli Zon meminta Pemerintah meningkatkan lagi upaya diplomasi untuk membebaskan 10 WNI yang disandera oleh kelompok militan Abu Sayyaf yang sampai saat ini belum juga terselesaikan.Upaya tersebut, menurutnya, tidak bisa lagi dengan menggunakan diplomasi biasa, diplomasi yang dilakukan haruslah 'out of the box' (keluar dari kotak)."Kita melihat harus ada langkah-langkah kreatif, bukan hanya proaktif lagi tapi kreatif juga. Kreatif itu artinya thinking out of the box," ujar Fadli, Sabtu (16/4/2016).Pasalnya, menurut dia, konstitusi Filipina tidak memungkinkan untuk mengijinkan tentara dari negara lain untuk masuk ke wilayah teritorial mereka."Karena kita tidak bisa ikut dalam suatu joint forces dengan tentara Filipina, maka kita harus menggunakan kekuatan-kekuatan yang ada disana, yang mempunyai jalur lobi yang ada disana," katanya.Dimana, lanjut politikus P. Gerindra ini, pada dasarnya Indonesia mempunyai kedekatan hubungan dengan MLNF (Moro Liberation National Front), dan Moro Islamic Liberation Front."Karena itu, harusnya jalur-jalur personal, jalur-jalur informal bisa digunakan untuk mempunyai kontak-kontak dan saya yakin mereka juga pasti ada kontak atau komunikasi dengan kelompok Abu Sayyaf," pungkasnya.Seperti diketahui kelompok Abu Sayyaf meminta uang tebusan ke pemerintah Indonesia sebesar 50 juta peso atau setara Rp15 miliar. Uang itu untuk menebus 10 WNI tersebut yang disandera.Namun pemerintah Indonesia lebih memilih jalur diplomasi untuk melepaskan para sandra warga negara Indonesia tersebut.