Penulis: Dafa R. Tamma SEJAK lama nama Aguan sudah santer terdengar. Dia bos Agung Sedayu Group (ASG) yang juga big boss Agung Podomoro Land. Namanya jauh lebih kesohor ketimbang wajahnya, tetapi belakangan masyarakat luas mendadak ingin tahu sosok bos pria bernama asli Kwee Cai Guan itu.Mengapa? Hal itu terkait penangkapan anggota DPRD DKI Jakarta, M. Sanusi yang diringkus dalam operasi tangkap tangan (OTT) KPK di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (31/3/2016) malam.Adik kandung M. Taufik, yang juga Wakil Ketua DPRD DKI itu, dituduh menerima suap pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Provinsi DKI Jakarta 2015-2035 dan Raperda tentang Rencana Kawasan Tata Ruang Kawasan Strategis Pantai Jakarta Utara. Rupanya, penangkapan Sanusi itu menyeret-nyeret orang lain, termasuk Aguan. Di kampung asalnya, Palembang, Sumatera Selatan, khususnya di kawasan Segaran, warga Tionghoa di sana tak banyak yang mengenal Aguan Sugianto alias Aguan. Maklum, sejak akhir tahun 1970-an, dia sudah meninggalkan Palembang tujuan Jakarta.Sejumlah orang menyebutkan, dia memulai usaha kontraktor rumah dan pertokoan sederhana pada 1979. Hal itu berbeda 360˚ jika dibanding bisnis orangtuanya pada 1970-an yang hanya menjadi penjual manisan di Pasar Ilir 16, tepatnya berada di bawah Jembatan Ampera. Berkat ketekunannya, pada 1991 Aguan membuat lompatan besar. Dia membangun Harco Mangga Dua, yang menjadi pusat penjualan elektronik modern pertama di Indonesia dengan sistem terintegrasi. Bisnisnya berkembang pesat menjadi perusahaan properti yang disegani.Seperti disebutkan tadi, nama Aguan jauh lebih kesohor ketimbang figurnya. Dia lebih memilih bermain di balik layar. Dia adalah guru dari guru pengusaha. Dua koran Australia The Age dan Sydney Morning Herald menyebutkan, dia termasuk geng sembilan naga. Hampir di seantero Ibukota maupun kota penyangga lainnya serta di berbagai daerah, bisnis Aguan berkembang pesat, termasuk proyek yang diklaim revolusioner sebagai kawasan dengan konsep one-stop-living, yakni Kelapa Gading Square di Jakarta Utara. Usaha properti yang dibangun Aguan sudah tahan uji. Ketika krisis 1998, banyak perusahaan properti gulung tikar, namun Agung Sedayu Group malah menancapkan bendera bisnisnya dalam skala besar di kawasan Jabodetabek. DERETAN BISNISBerikut aset dan portofolio milik Aguan dan ASG, yakni; City & township development: Green Village, Green Puri, Golf Residence at Kemayoran, River Valley Residence, Green Lake City, Golf Lake Residence, Grand Galaxy City, Puri Mansion, Senayan Golf Residence, Green Mansion, Grand Cibubur Country, dan Golf Mediterania. High rise building: Green Sedayu Apartment, Sedayu City @ Kelapa Gading, Puri Mansion Apartment, Menteng Park, Taman Anggrek Residences, The Mansion @Dukuh Golf Kemayoran, District 8 Lot 28 SCBD, dan Residence One at Serpong Boulevard. Ada lagi Ancol Mansion, Senayan Residence, The Mansion at Kemang, The BoulevardCity Resort Residence, dan Kelapa Gading Square maupun puluhan usaha lainnya. Terakhir, Aguan dicegah berpergian ke luar negeri terkait reklamasi Pantai Jakarta Utara.(i/berbagai sumber)