3 jam yang lalu

Gaikindo Tanggapi Tudingan Praktik Banting Harga untuk Bunuh Pesaing

Editor : Yusuf Ibrahim
Ilustrasi. (foto istimewa)

JAKARTA, TIGAPILARNEWS.COM- Di tengah arena pertarungan otomotif Indonesia yang kian "berdarah-darah", Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) akhirnya angkat bicara.

Menanggapi tuduhan panas bahwa merek-merek China melakukan "predatory pricing" atau praktik banting harga untuk membunuh pesaing, Gaikindo justru memberikan jawaban “aman”.

Alih-alih membela para anggotanya yang sudah puluhan tahun berinvestasi di Tanah Air, Gaikindo justru memberikan semacam pembenaran, menyatakan bahwa harga super murah yang ditawarkan oleh para pendatang baru dari China adalah sesuatu yang "masuk akal" dan merupakan bagian dari strategi kompetisi yang wajar.

Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, menepis mentah-mentah tuduhan adanya praktik culas di balik harga-harga yang mengejutkan pasar. “Kita harus melihat di tempat asalnya harganya berapa. Kalau itu masuk (Indonesia) akan ditambah dengan ongkos kirim, bukan predatory. Memang strategi kompetisinya seperti itu,” kata Kukuh di Jakarta beberapa waktu lalu.

Pernyataan ini sontak memicu pertanyaan besar. Apakah sesederhana itu? Apakah Gaikindo benar-benar telah melakukan audit mendalam terhadap struktur biaya para pemain baru ini, atau mereka sekadar menerima justifikasi harga yang disodorkan?

Saat didesak lebih jauh, Kukuh menegaskan bahwa pihaknya telah melakukan pengecekan. “Kita lakukan, kita cek. Dan memang masuk akal, bukan sesuatu yang kemudian apakah dumping, apakah subsidi. Terbantah ya (predatory pricing),” ujarnya.

Namun, pembelaan ini terasa hampa bagi para pemain lama dan industri komponen yang kini sedang menjerit. Contoh paling anyar yang mengguncang pasar adalah peluncuran BYD Atto 1 dengan harga mulai dari Rp195 juta. Harga ini adalah sebuah "bom" yang meledak tepat di jantung segmen LCGC (Low Cost Green Car), pasar gemuk yang selama ini menjadi lumbung uang bagi merek-merek Jepang yang telah berkomitmen pada produksi dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang tinggi.

Bagaimana bisa sebuah mobil listrik impor (meski dengan insentif) harganya bisa bersaing langsung dengan mobil bensin rakitan lokal? Inilah pertanyaan yang belum bisa dijawab secara memuaskan oleh pembelaan "masuk akal" dari Gaikindo.

Di balik angka-angka di showroom, ada jeritan pilu dari pabrik-pabrik komponen. Serbuan mobil murah dari China, baik dalam bentuk utuh maupun rakitan dengan komponen impor, secara langsung memukul rantai pasok lokal.

Penjualan mobil rakitan dalam negeri yang lesu berarti pesanan komponen pun ikut anjlok, memicu gelombang PHK yang menghantui.

Memang, posisi Gaikindo terjepit. Di satu sisi, mereka harus melindungi anggota lama yang menjadi tulang punggung industri. Di sisi lain, mereka tidak bisa menolak anggota baru yang datang dengan kekuatan modal dan strategi harga yang agresif.

Sikap 'netral' dan menyatakan harga masuk akal ini adalah cara teraman bagi Gaikindo untuk tidak memihak. Namun, sikap ini juga berbahaya. Karena seolah-olah memberikan lampu hijau bagi perang harga yang tidak sehat, di mana yang menjadi korban pada akhirnya adalah keberlanjutan industri komponen dalam negeri dan para pekerjanya.(des)


0 Komentar