12 jam yang lalu
JAKARTA, TIGAPILARNEWS.COM– Bank Indonesia (BI) memastikan aset keuangan Indonesia, khususnya Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), tetap menarik bagi investor asing di tengah tekanan terhadap pasar saham dan melemahnya nilai tukar rupiah.
Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan, imbal hasil (yield) dari instrumen investasi Indonesia masih kompetitif dibandingkan negara-negara berkembang lainnya, termasuk India.
"Kami pastikan imbal hasilnya kompetitif dengan negara-negara emerging. Investor asing bisa menghitung berapa yield differential SBN maupun SRBI yang lebih tinggi dibandingkan sebagian negara kawasan, termasuk India," ujar Perry dalam konferensi pers pengumuman hasil RDG BI Bulan Maret 2025 di Jakarta, Rabu (19/3/2025).
Selain itu, kata dia, BI berkomitmen menjaga stabilitas nilai tukar rupiah agar daya tarik investasi di Indonesia tetap terjaga. Dengan upaya stabilisasi ini, investor diyakini tetap memperoleh imbal hasil yang menarik, baik sebelum maupun sesudah memperhitungkan pergerakan nilai tukar.
Tak hanya itu, ujar Perry, BI terus memperluas instrumen investasi bagi investor asing. Selain SBN dan SRBI yang sudah aktif diperdagangkan di pasar sekunder dengan transaksi rata-rata harian sekitar Rp16 triliun, BI juga mengembangkan instrumen baru seperti Sekuritas Valas Bank Indonesia (SUVBI) serta instrumen terkait Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE-SDA).
"Kami sangat percaya kepada para investor yang sudah berinvestasi di Indonesia. Dengan fundamental ekonomi yang kuat, kami bersama Menteri Keuangan terus bersinergi memastikan kebijakan moneter yang pruden untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Perry.
Dengan berbagai upaya tersebut, BI optimistis Indonesia tetap menjadi destinasi investasi menarik meskipun pasar global tengah menghadapi gejolak.
Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Maret 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 5,75 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50 persen.
Keputusan tersebut konsisten dengan upaya menjaga prakiraan inflasi 2025 dan 2026 tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1 persen, mempertahankan stabilitas nilai tukar Rupiah yang sesuai dengan fundamental di tengah ketidakpastian global yang tetap tinggi, dan turut mendorong pertumbuhan ekonomi.(rom)