Jumat, 08 Maret 2024 11:06 WIB
Jakarta, Tigapilarnews.com- Pemerintahan Presiden Joe Biden mengumumkan penyelidikan terhadap mobil listrik (EV) Tiongkok untuk melindungi industri otomotif Amerika Serikat (AS).
Seperti dilansir dari RT, Jumat (8/9/2024), gedung Putih menyebut kendaraan listrik atau mobil pintar China sebagai 'ancaman keamanan nasional' dan mengklaim bahwa kendaraan tersebut dapat mengirim data kembali ke Beijing. Yang paling menonjol adalah Gedung Putih berfokus pada upaya mengendalikan industri semikonduktor China melalui perluasan kontrol ekspor.
Langkah tersebut dikatakan sebagai bagian dari upaya untuk mencegah perusahaan China mendapatkan akses terhadap teknologi semikonduktor canggih dan peralatan manufaktur terkait di AS.
Penasihat Keamanan Nasional, Jake Sullivan menggambarkan langkah Gedung Putih sebagai strategi yang dikenal sebagai 'halaman kecil dengan pagar tinggi'. Ungkapan tersebut digunakan Sullivan untuk menggambarkan keinginan pemerintahan Biden untuk menjalin hubungan perdagangan dan ekonomi dengan China namun tidak melibatkan produk-produk berteknologi tinggi.
Sebelumnya, AS terkenal dengan kebijakannya yang melindungi industri otomotif dan mengambil sikap 'keras' terhadap kawan atau lawan. Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat dorongan politik untuk memajukan industri energi terbarukan yang menyebabkan lonjakan permintaan mobil listrik, baterai, panel surya, dan barang terkait lainnya di seluruh dunia.
Beijing menempatkan China sebagai produsen dan pengekspor energi terbarukan terbesar, bahkan melampaui Jepang yang muncul sebagai pengekspor kendaraan listrik terbesar di dunia.
Meski mobil buatan negara komunis itu dikenakan pajak sebesar 25 persen di AS, namun harganya tetap kompetitif dan lebih murah untuk kendaraan sejenis. Jumlah kendaraan listrik buatan Tiongkok juga meningkat di AS.
Tiongkok mengeksploitasi kelemahan AS dengan membangun pabrik produksi kendaraan listrik di negara tetangganya, Meksiko. Hal ini memungkinkan mobil buatan Tiongkok untuk terdaftar sebagai produk Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) dan tidak dikenakan tarif yang mahal.
Situasi tersebut memberikan tekanan politik kepada Biden seiring semakin dekatnya pemilihan Presiden. Biden kini menghadapi lawan politik yang menyerukan kebijakan yang lebih keras terhadap Tiongkok.
Untuk mendapatkan suara pekerja Amerika, Presiden perlu menunjukkan bahwa ia berjuang untuk menciptakan lapangan kerja bagi rakyat. Dengan rentetan itu, Biden menjadikan kendaraan listrik China sebagai salah satu agenda kampanye politiknya.(des)