Jumat, 01 Maret 2024 15:52 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Rencana besar Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto jika menjadi Presiden Indonesia mendatang, yakni melakukan swasembada energi.
Menurut Prabowo, Indonesia kaya akan tanaman komoditas perkebunan yang bisa diolah menjadi etanol, salah satu bahan bakar nabati yang lebih ramah lingkungan dibandingkan sumber energi fosil. Rencana yang dimaksut Prabowo itu adalah menggunakan bahan bakar bioetanol dari singkong.
Bioetanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat (selulosa) menggunakan bantuan mikroba. Produksi bioetanol dari tanaman yang mengandung selulosa, dilakukan proses konversi lignoselulosa menjadi selulosa dengan beberapa metode diantaranya dengan hidrolisis fisika, kimia dan biologi (Khairani, 2007).
Namun perlu diingat, tak semua bahan bakar organik baik untuk kendaraan. Studi yang dilakukan Coordinating Research Council Amerika Serikat menunjukkan penggunaan bahan bakar etanol dengan konsentrasi pekat justru bisa merusak mobil atau sepeda motor Anda.
Coordinating Research Council bekerja sama dengan perusahaan teknologi FEV Inc. Insinyur mekanik dan perminyakan kedua lembaga itu mengetes 28 mesin dari delapan jenis mobil yang menggunakan bahan bakar etanol hingga 500 jam.
Hasil penelitian yang dilakukan awal 2012 ini menyatakan kendaraan berbahan bakar etanol E15 dan E20, atau mengandung etanol hingga 15 persen dan 20 persen lebih, rentan akan kerusakan ketimbang yang menggunakan bensin atau solar biasa.
Kerusakan ini bisa terjadi pada bagian katup-katup mesin (valves) serta dudukan katup (valve seats). Bocornya katup menyebabkan berkurangnya tenaga dan kompresi mesin, kenaikan emisi, pemborosan bahan bakar, hingga kerusakan permanen.
Penelitian ini memunculkan pandangan baru tentang penggunaan energi terbarukan, mengingat etanol dan bioetanol selama ini dianggap sebagai solusi untuk menekan penggunaan bahan bakar fosil. Hasil riset ini pun menuai tanggapan beragam. President Alliance of Automobile Manufacturers Amerika, Mitch Bainwol, mengatakan hal ini menunjukkan ketidaksiapan etanol dan bahan bakar organik lain untuk digunakan dalam jangka panjang.
"Meski kami percaya energi terbarukan amat penting, namun pemerintah harus mempertimbangkan lagi jenis bahan bakar apa yang tepat untuk dipasarkan," katanya.
Aliansi yang bermarkas di Detroit ini beranggotakan 12 pabrikan, di antaranya Toyota, Ford, dan General Motors. Namun para pendukung bioenergi tak percaya akan hasil riset ini. Kristy Moore, Vice President Renewable Fuels Association, mengatakan kerusakan mesin tidak ada hubungannya dengan etanol.
Risiko kerusakan valve oleh etanol, menurut dia, tak jauh berbeda dengan bensin atau solar. Lembaga ini pun mengklaim telah mengetes 86 kendaraan berbahan bakar etanol untuk menempuh jarak 120.000 mil. "Tak ada masalah pada kendaraan yang kami operasikan hingga kini," katanya.
Saat ini bahan bakar etanol yang beredar di pasaran kebanyakan berjenis E10 dan E15. Sejak 2009, para produsen etanol yang tergabung dalam Growth Energy telah mengajukan petisi kepada pemerintah untuk meningkatkan kandungan hingga lebih dari 15 persen.(des)