Jumat, 26 Agustus 2022 14:24 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Perguruan tinggi didorong untuk mendesain skema pendidikan yang bisa menjadikan lulusannya mempunyai mental pengusaha.
Hal ini untuk mendukung bonus demografi Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy. Mengingat, di tahun 2030 Indonesia akan memasuki masa puncak bonus demografi.
Di tahun tersebut, jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) produktif akan lebih besar daripada yang nonproduktif. Di satu sisi, bonus demografi adalah anugerah karena angkatan kerja produktif Indonesia melimpah. Namun, di sisi lain, bonus demografi juga terdapat tantangan besar.
Sehingga, pemerintah pun setidaknya menyediakan 3,6 juta lapangan pekerjaan tiap tahunnya. Akan tetapi, menurut Muhadjir, hal itu cukup sulit untuk dipenuhi oleh pemerintah saja. “Karena kalau mengandalkan pemerintah harus menyiapkan 3,6 juta lapangan kerja per tahun sangat tidak mungkin. Kondisi industri kita belum sebagus negara maju,” kata Muhadjir, Jumat (26/8/2022).
Hal ini disampaikan Menko PMK dikutip dari pidatonya saat menyampaikan orasi ilmiah dalam Dies Natalis Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) Ke-21 pada Kamis (25/8/2022). Karenanya, Muhadjir mendorong anak-anak muda untuk memiliki mental pengusaha adalah pilihan tepat untuk memanfaatkan bonus demografi.
“Pilihan paling rasional yaitu mendorong anak-anak muda untuk terjun ke dunia usaha untuk mandiri. Menjadi employer bukan employee. Itu idealnya,” ujar Muhadjir.
“Karena itu saya mohon mahasiswa dibekali kecakapan, keterampilan, dan keahlian yang memadai. Dan harus ditanamkan betul mental sejak dini bahwa mereka bukan mental pencari kerja tapi menjadi pioneer pencipta lapangan kerja,” ucapnya.
Menurut Muhadjir, apabila setiap perguruan tinggi bisa menciptakan lulusan yang memiliki mental pengusaha dan menciptakan lapangan kerja, maka tantangan bonus demografi bisa dilewati dengan baik.
“Kalau kita berhasil menyiapkan angkatan kerja sesuai dengan yang dibutuhkan dunia kerja dan tersedia lapangan kerja yang sangat luas, baru kita bisa menjadi negara maju. Tetapi kalau gagal, maka kita akan masuk menjadi negara middle income trap, negara pendapatan menengah,” ujarnya.(fik)