Sabtu, 09 April 2022 02:26 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Presiden Joko Widodo telah memerintahkan para menterinya untuk tidak lagi bicara perpanjangan masa jabatan presiden. Bahkan Jokowi tidak ingin para menteri berbicara penundaan pemilu.
Dengan tegas Jokowi juga meminta para bawahannya untuk fokus bekerja, mengingatkan banyak tantangan yang harus dicarikan solusinya. Sayangnya, wacana perpanjangan masa jabatan presiden terus digulirkan pihak-pihak tertentu. Wacana penundaan pemilu tersebut amatlah problematik karena tidak memiliki kepada alas argumentasi konstitusional yang kuat.
"Yang bicara perpanjangan masa jabatan Presiden bukanlah Jokowi, tapi ada tiga Menteri. Lalu kenapa yang di demo Jokowi bukan para Menteri itu?" Kata Adian Napitupulu, Sekjen PENA 98 (Persatuan Nasional Aktivis 98) dalam keterangan resminya, Jumat (8/4/2022).
"Ada tiga Ketua Partai yang bicara perpanjangan masa jabatan Presiden. Tapi sekali lagi kenapa yang di demo Jokowi, bukan tiga partai itu? Yang bicara Presiden tiga periode itu salah satu lembaga survey dan salah satu kader Partai, tapi kenapa yang di demo Jokowi, bukan lembaga survey atau kantor partai?" sambungnya.
Dia kembali menyampaikan penjelasan dengan geram lantaran menyayangkan dengan kondisi yang terjadi. "Untuk merealisasikan perpanjangan atau pun merubah dari 2 periode menjadi 3 periode kewenangannya ada di Senayan bukan di Istana, tapi kenapa yang di demo justru Istana bukan Senayan?" tambah sosok yang menjabat anggota DPR RI tersebut.
"Yang mengatakan tidak berminat 3 periode adalah Jokowi. Yang mengatakan bahwa mereka yang menginginkan 3 periode adalah orang yang cari muka juga Jokowi. Yang mengatakan bahwa mengenai masa Jabatan ia akan tunduk pada konstitusi adalah Jokowi, yang mengatakan bahwa menteri tidak boleh lagi bicara tentang perpanjangan masa Jabatan juga Jokowi. Tapi aneh kenapa yang di Demo justru Jokowi?" paparnya.
Diterangkannya lagi, Kalau kita tanya kenapa yang di demo Jokowi maka akan masuk pada ruang perdebatan dengan argumentasi yang tidak jauh dari asumsi terhadap perasaan Jokowi. Terhadap dugaan bahwa semua pernyataan para Menteri dan Ketua Umum Partai tersebut berasal dari keinginan Jokowi. Para insan terpelajar dan intelektual kemudian tidak lagi mengkaji apa yang di katakan tapi menganalisa perasaan, mendiskusikan keinginan dalam hati Jokowi bukan pernyataan yang di sampaikan.
Wacana perpanjangan maupun tiga periode tersebut, dalam penilaiannya, membuat banyak orang menjadi gelisah lalu sibuk menganalisa perasaan dan keinginan Jokowi. Pasalnya, menganalisa rasa tidak punya alat ukur. Maka, masih dikatakannya, sebagian mahasiswa konon berencana demo besar-besaran ke Istana, 11 April 2022. "Nah kalau situasi sudah seperti ini, kemana para Menteri dan Ketua Partai yang melemparkan wacana itu? Kenapa semua tiba-tiba menjadi diam dan seolah membiarkan semua dampak dari ide dan wacana yang mereka lemparkan ditanggung akibatnya sendirian oleh Jokowi. Tidak ada satupun dari pemilik wacana yang berteriak lantang pasang badan berkata: Demo kami, jangan Jokowi. Demo ke tempat saya, jangan ke Istana."
"Cerita belum berakhir, di sosial media baik WhatsApp, TikTok dan lain-lain muncul beragam narasi tuntutan yang berkembang, tidak lagi soal wacana perpanjangan maupun 3 periode belaka, sekarang bahkan ada poster atas nama mahasiswa yang isinya menuntut agar Jokowi mundur dari jabatan Presiden."
Untunglah, disampaikannya, mahasiswa segera membantah bahwa tuntutan Jokowi mundur bukanlah tuntutan mahasiswa dan poster itu hoax belaka. "Nah lho, lalu tuntutan Jokowi mundur itu tuntutan siapa dong? Lalu yang membuat poster Hoax itu siapa dong?" jelasnya.
Di pemerintah, lebih jauh dikatakannya, ada yang lempar wacana lalu sembunyi. Kemudian di rencana demo juga ada yang lempar poster lalu sembunyi. "Ternyata pepatah lempar batu sembunyi tangan tidak cuma terjadi di lingkaran kekuasaan tapi juga dalam aksi di jalanan. Mau di manapun itu, istana maupun jalanan, sepertinya para "pelempar batu sembunyi tangan" itu mungkin selalu ada walau dilakukan orang yang berbeda namun berangkat dari motif yang sama, yaitu,l duduk di lingkaran kekuasaan. Ada yang ingin kekuasaan melalui perpanjangan masa jabatan ada juga yang melalui penggulingan kekuasaan."
Kalo berangkat dari cerita lempar batu sembunyi tangan, maka tidak Presiden, tidak juga Mahasiswa, saat ini jangan jangan sama sama sedang menjadi "korban klaim". Kalau benar begitu, mungkin ada baiknya Presiden Jokowi dan mahasiswa duduk ngopi bareng di tepi Danau Lebak Wangi sambil bakar ikan dan main gitar di bawah rembulan. "Kopi mungkin tidak menjanjikan apa-apa, tapi semoga bisa membuat kita duduk bersama. Gitar juga tak bisa menyelesaikan masalah, tapi setidaknya bisa membuat kita bernyanyi bersama tentang cinta kita pada Indonesia," pungkasnya.(mir)