Selasa, 09 Maret 2021 14:09 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com - Komunitas Cinta Berkain Indonesia (KCBI) terus berkiprah memberikan harapan baru atas kecintaannya terhadap budaya berkain nusantara yang mulai banyak digandrungi kaum milenial.
Ketua KCBI Sita Hanimastuty, mengatakan masih banyak wanita Indonesia ketika berbusana resmi belum mencerminkan etika ketimuran. Ironisnya, mereka sudah terkontaminasi budaya import.
"Kami menaruh harapan besar, pada KCBI di beberapa kota besar seperti Lombok, Bali, Malang, Bandung, Bogor, untuk terus mensosialisasikan budaya berkain nusantara," ujar Sita saat ditemui di kawsaan Bintaro, Jakarta Selatan, Senin (8/3).
Pada perayaan HUT KCBI yang ke 7 tahun tepat tanggal 9 maret 2021 ditengah pandemi Covid-19, merupakan rangkaian kegiatan sebelumnya dengan tetap menjaga protokol kesehatan
Sita mengatakan KCBI sebagai pelopor penggiat cinta berkain nusantara telah menancapkan kiprahnya bukan hanya di indonesia saja, bahkan sudah tersosialisasi hingga kebeberapa mancanegara.
"KCBI ini sudah menancapkan kiprahnya seperti Perth Australia, San Fransisco Amerika Serikat, selanjutnya komunitas akan segera terbangun di negara-negara Eropa," ungkap Sita.
Sementara itu, Ketua 1 KCBI Dyah Sudiro, menambahkan kegiatan ini sebagai bentuk tanggung jawab stetika dan budaya bersama sebagai perempuan Indonesia.
"Budaya berkain harus tetap ditanamkan generasi milenial sebagai pewaris dan penerus, Kalau bukan kita siapa lagi dan kalau bukan sekarang kapan lagi," ujarnya.
Lebih lanjut, Dyah mengajak wanita Indonesia untuk turut ambil bagian memberikan andil kontribusi semua dengan menggunakan kain nusantara sebagai wujud cinta produk buatan Indonesia.
"Mungkin masih banyak sebagian besar wanita Indonesia memakai busana kain dianggap kuno atau tidak modern. Apalagi saat ini hidup di-era global, dimana budaya luar yang begitu masif melaui arus informasi media televisi maupun media sosial yang kian hari menggerus budaya nusantara sebagai warisan leluhur yang dikhawatirkan akan berdampak, hilangnya budaya asli indonesia tinggal sebuah cerita dan hanya museum kenangan saja." mengakhiri.