Sabtu, 02 Januari 2021 12:47 WIB

Paus Serukan Perdamaian dan Ungkapkan Kesedihan Kekerasan di Yaman

Editor : Yusuf Ibrahim
Paus Fransiskus. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Paus Fransiskus muncul kembali setelah sakit siatik kronis memaksanya melewatkan kebaktian Tahun Baru Gereja.

Dia tidak menyebutkan penyakitnya saat menyampaikan seruannya untuk perdamaian dunia. Paus Fransiskus tidak dapat menghadiri kebaktian pada Kamis dan lagi pada Jumat pagi karena linu panggul. Masalah yang relatif umum itu menyebabkan rasa sakit di sepanjang saraf skiatik di punggung bawah dan kaki.

Ini adalah pertama kalinya sejak dia menjadi paus pada 2013 ketika Paus Fransiskus, 84, tak dapat hadir karena alasan kesehatan untuk memimpin acara besar kepausan.

Meski demikian, dia tidak menunjukkan tanda-tanda ketidaknyamanan saat menyampaikan pidato dan doa siang. Dia tampak berdiri di mimbar di perpustakaan Istana Apostolik Vatikan. 

“Kehidupan hari ini diatur oleh perang, oleh permusuhan, oleh banyak hal yang merusak. Kita ingin kedamaian. Itu adalah anugerah,” ungkap Paus Fransiskus. 

Dia menambahkan tanggapan terhadap krisis virus corona global menunjukkan pentingnya pembagian beban.

“Peristiwa menyakitkan yang menandai perjalanan umat manusia tahun lalu, terutama pandemi, mengajarkan kami betapa pentingnya menaruh minat pada masalah orang lain dan berbagi keprihatinan mereka,” papar dia.

Pemberkatan pada siang hari biasanya diberikan dari jendela yang menghadap ke Lapangan Santo Petrus. Tapi kali ini dipindahkan ke dalam ruangan untuk mencegah orang banyak berkumpul dan membatasi penyebaran COVID-19.

Paus Fransiskus secara khusus menyoroti kekhawatirannya tentang Yaman, yang telah dirusak kekerasan selama enam tahun. Perang di Yaman terjadi antara pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi melawan gerakan Houthi yang didukung Iran.

Sedikitnya 22 orang tewas dalam serangan di bandara Aden pada Rabu, yang memicu putaran baru serangan udara koalisi.

"Saya mengungkapkan kesedihan dan keprihatinan saya atas eskalasi kekerasan lebih lanjut di Yaman, yang menyebabkan banyak korban yang tidak bersalah," tutur Francis. “Mari kita pikirkan anak-anak Yaman, tanpa pendidikan, tanpa obat-obatan, kelaparan.”(mir)


0 Komentar