Jumat, 13 November 2020 23:44 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- PT PLN Persero terus mendorong hadirnya listrik bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Hingga September 2020, rasio elektrifikasi telah mencapai 99,15%, tumbuh sebesar 11% dibandingkan 2015 yang nilainya 88,3%. “Selama 75 tahun, PLN terus bekerja keras, menghadapi berbagai tantangan untuk mewujudkan energi berkeadilan, menghadirkan terang untuk seluruh masyarakat Indonesia,” ucap Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini dalam keterangan tertulisnya, Jumat (13/11/2020).
Pertumbuhan rasio elektrifikasi dari tahun ke tahun juga meningkat, sejalan dengan peningkatan jumlah desa yang terlistriki oleh PLN. Dalam lima tahun terakhir, sebanyak 12.000 desa berhasil dilistriki. Pada 2015, jumlah desa berlistrik baru sebesar 70.391, meningkat menjadi 83.028 desa berlistrik pada September 2020.
Dari sisi sumber energi, PLTU batu bara diperkirakan masih tetap mendominasi pembangkit listrik di Indonesia dengan pangsa mencapai 45% pada 2018 dan akan menjadi 50% pada 2050. Di sisi lain, kebutuhan batu bara untuk sektor industri juga cukup tinggi. Batu bara sangat diperlukan untuk sektor industri di bidang pengolahan semen, kertas, dan tekstil. Pertumbuhan konsumsi batu bara untuk sektor industri diperkirakan akan terus meningkat dengan laju pertumbuhan konsumsi rata-rata 3,3% per tahun.
Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengatakan secara umum serapan domestik pada paruh pertama tahun ini cukup terimbas dampak pandemi Covid-19. APBI memproyeksikan serapan batu bara domestik tahun ini bisa mencapai 120 juta ton atau lebih rendah dari target Domestic Market Obligation (DMO) yang ditetapkan Kementerian ESDM sebanyak 155 juta ton.
Mengantisipasi tetap tingginya kebutuhan batu bara tersebut, perusahaan energi terintegrasi PT ABM Investama Tbk (ABM) sebagai salah satu produsen batu bara nasional memberikan dukungan optimal untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. ABM juga terus berkomitmen mendukung penyediaan energi kepada PLN dalam memenuhi ketersediaan listrik bagi masyarakat.
Sementara untuk menyiasati kontraksi permintaan batu bara ABM mengembangkan model bisnis melalui sinergi anak usahanya yang terintegrasi mulai dari pertambangan, transportasi, perawatan alat berat hingga penyediaan bahan bakar. Proses produksi yang efisien tersebut menjadi strategi kunci ABM untuk menjaga kinerja keuangan di tengah pandemi Covid-19.
"Kami akan terus meningkatkan penerapan mining value chain, dengan melaksanakan sinergi antar anak usaha dan fokus ke pengoptimalan produtivitas anak perusahaan, dalam mengantisipasi perlambatan ekonomi tahun ini," ujar Direktur Utama ABM Investama, Andi Djajanegara.
ABM terus memacu pertumbuhan yang sehat dari seluruh entitas anak usahanya, seperti menambah kontrak pertambangan melalui anak usaha PT Cipta Kridatama (CK), meningkatkan volume produksi batu bara melalui anak usaha PT Reswara Minergi Hartama (Reswara), serta meningkatkan cadangan batubara dengan menambah masa konsesi.
Hal yang sama juga dilakukan PT Bukit Asam (Persero) dengan menggandeng PT Pelindo II untuk mengangkut hasil produksi batu baranya. Selain itu, Bukit Asam juga menyiapkan strategi hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah batu bara. Persiapan konstruksi proyek hilirisasi direncanakan dimulai pada pertengahan 2021 dan target operasi di 2025. Proyek hilirisasi ini juga sebagai bagian dari Program Strategis Nasional sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020.(mir)