Rabu, 11 Desember 2019 13:46 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Baru-baru ini warga Citayam, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dikejutkan dengan teror anak ular kobra yang ditemukan masuk ke dalam lingkungan hingga rumah warga.
Tak tanggung-tanggung, total anak ular kobra yang ditemukan mencapai 30 ekor dan membuat warga sekitar khawatir. Atas penemuan anak ular kobra yang terjadi di Citayam, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tersebut, pemerhati hewan reptil, Arbi Krisna angkat bicara. Menurutnya kejadian tersebut merupakan peristiwa alamiah.
Dia mengatakan, sejatinya musim ular menetas itu ada di bulan November sampai dengan Januari, cuma kobra lebih berani masuk kepemukiman warga. Sebab, kobra memiliki adaptasi di atas rata-rata bila dibandingkan dengan jenis ular lainya dan di samping itu, karena kobra memiliki tipe keberanian yang terbilang tinggi.
"Dia (ular kobra) itu bisa hidup akur dengan manusia, karena selama ini hidupnya sudah nempel sama manusia, namun tidak kelihatan," kata Arbi Krisna saat dihubungi.
Lebih lanjut dia menuturkan, kobra yang masuk ke pemukiman warga di daerah Citayam Kabupaten Bogor Jawa Barat hanya jenis kobra biasa. Karena itu, dia meminta masyarakat untuk tidak panik jika menemukan anak ular kobra. Sebab, penyebaran king kobra di wilayah Jabodetabek tidak pernah ditemui.
"Penemuan king kobra hanya ada di daerah Tasik, Sumedang, Majalengka, Cirebon, semua itu daerah Jawa Barat. Sedangkan untuk Jabodetabek saya swiping dengan damkar belum ada kasus penemuan king cobra," tuturnya.
Menurut Arbi, jika ada yang terkena serangan dari ular kobra harus segera dilakukan penanganan awal dengan teknik imobilisasi seperti yang disarankan oleh lembaga kesehatan Internasional World Health Organization (WHO).
"Sebenarnya dilakukan namanya imobilisasi, jadi dibidai seperti halnya patah tulang, karena bisa ular itu sebenarnya bukan masuk ke darah melainkan masuk ke sel getah bening. Karena sel getah bening drainase atau rembes ke darah. Jadi untuk mencegah bisa ini tidak bergerak maka otot diusahakan tidak bergerak," ujarnya.
Adapun perbedaan kobra biasa dengan king kobra terletak pada bentuk tubuh, dimana king kobra lebih indentik warna belang hitam-putih-hitam-putih, sedangkan kobra biasa hanya ada motif dibagian leher atas. Panjang king kobra bisa 6 meter, kobra biasa cuma 1,5 meter.
"Kobra biasa ini yang ditemukan item, panjang maksimal hanya 1,5 meter, nah kalau masih kecil memang ada huruf U di atas kepalanya, kalau udah gede hilang semua. nah kobra yang ditemukan banyak ini nyembur, kalau king kobra tidak," pungkasnya.
Terakhir, dia menambahkan, di Indonesia sendiri penanganan terhadap bisa kobra biasa sudah dapat diatasi melalui serum penawar bisa ular. Kendati demikian, penawar tersebut hanya bisa dipakai untuk kasus gigitan ular jenis tertentu antara lain, ular jenis kobra jawa, ular tanah, dan ular welang.
"Kalau untuk kobra biasa (jenis jawa) ini kita sudah punya serum, penawar bisa ular. Tapi untuk king kobra kita belum punya, nah dia (kobra) walaupun dasar bisanya sama cuman king kobra ini punya komponenen lain di dalamnya bisanya. Kompenen bisa king kobra lebih berbahaya, walaupun sama sama nyerang saraf," imbuhnya.(sndo)