Selasa, 12 November 2019 12:27 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Presiden Bolivia, Evo Morales, mengumumkan pengunduran dirinya pada hari Minggu setelah militer dan polisi negara itu menekan pemimpin itu untuk mundur di tengah-tengah protes mematikan di seluruh negeri.
Morales, dalam pidato pengunduran dirinya, menyatakan harapan bahwa kekacauan dan keresahan di seluruh Bolivia akan berhenti pada Minggu malam.
"Perjuangan saya akan terus berlanjut, tetapi saya memiliki kewajiban untuk mencoba mengamankan perdamaian," katanya.
"Sangat menyakitkan bahwa rakyat Bolivia bertikai satu sama lain dan itu menyakitkan bahwa komite sipil dan para pemimpin yang telah kehilangan (dalam pemilu) menggunakan kekerasan dan konfrontasi di antara (rakyat) Bolivia. Untuk alasan ini dan banyak alasan lainnya saya mengundurkan diri dan mengirim surat pengunduran diri saya ke Majelis Legislatif Plurinasional," lanjut dia.
Setelah pengunduran diri Morales, Wakil Presiden Bolivia Alvaro Marcelo García Linera juga mengajukan pengunduran dirinya.
"Saya telah memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai wakil presiden dan juga presiden (Majelis Legislatif Plurinasional)," kata Linera kepada wartawan, dikutip Sptuniknews, Senin (11/11/2019). Linera menyatakan akan segera mengirimkan surat pengunduran diri kepada dewan legislatif.
Sebelumnya pada hari Minggu, komandan angkatan bersenjata Bolivia, Williams Kaliman, mendesak Presiden Evo Morales untuk mengundurkan diri."Demi membawa perdamaian dan stabilitas untuk kepentingan Bolivia," katanya.
Tuntutan ini digemakan oleh Kepala Polisi Negara Vladimir Yuri Calderon, yang juga meminta presiden untuk meninggalkan jabatannya.
Di tengah kekacauan politik yang sedang berlangsung di negara itu sebagian didorong oleh tuntutan oposisi untuk penghitungan ulang dalam pemilihan presiden 20 Oktober lalu. Sebuah laporan yang beredar hari Minggu menyebutkan bahwa pesawat mantan presiden telah meminta rencana penerbangan ke Argentina. Namun, laporan itu belum dikonfirmasi pemerintah Bolivia.
Protes besar dan mematikan di negara itu pecah setelah Morales berkuasa kembali setelah memenangkan pemilihan presiden yang disengketakan. Demonstrasi damai dengan cepat berubah menjadi kerusuhan menyusul respons polisi dan insiden pembakaran serta penjarahan, termasuk kantor media milik negara.(ist)