Jumat, 25 Oktober 2019 14:44 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) berencana untuk meningkatkan kehadiran militernya di timur laut Suriah.
Itu dilakukan untuk melindungi ladang minyak agar tidak diambil kembali oleh kelompok ekstrimis ISIS yang berpotensi bangkit kembali.
"Salah satu keuntungan paling signifikan oleh AS dan mitra kami dalam perang melawan ISIS adalah mendapatkan kendali atas ladang minyak di Suriah Timur - sumber pendapatan penting bagi ISIS," kata seorang pejabat pertahanan AS dalam sebuah pernyataan.
"AS berkomitmen untuk memperkuat posisi militer kami, dalam koordinasi dengan mitra-mitra SDF kami, di Suriah timur laut dengan aset militer tambahan untuk mencegah ladang-ladang minyak itu jatuh kembali ke tangan ISIS atau para pelaku destabilisasi lainnya," sambung pejabat yang tidak bersedia disebutkan identitasnya itu.
"Kita harus menangkal ISIS dari aliran dana ini guna memastikan tidak ada kebangkitan," tukasnya seperti dilansir dari Al Araby, Jumat (25/10/2019).
Menurut New York Times dua ratus tentara akan ditempatkan di Suriah untuk melindungi ladang minyak.
Presiden Donald Trump pekan lalu mengumumkan bahwa AS akan menarik semua pasukannya dari Suriah utara, tempat mereka bertugas sebagai penyangga antara Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi, pasukan pemerintah dan pasukan Turki.
Tetapi pada hari Rabu Trump mengatakan beberapa pasukan AS akan tinggal untuk melindungi ladang minyak.
"Kami telah mengamankan minyak dan, oleh karena itu, sejumlah kecil pasukan AS akan tetap berada di daerah di mana mereka memiliki minyak," kata Trump.
Penarikan mundur AS dipandang oleh banyak orang sebagai pengkhianatan terhadap pasukan pimpinan Kurdi yang didukungnya dalam perang melawan ISIS. Pasalnya keputusan itu secara efektif memberi lampu hijau pada serangan Turki ke wilayah perbatasan Suriah untuk mengusir orang Kurdi.
Perjanjian gencatan senjata telah dicapai antara AS dan Turki pekan lalu, dengan syarat bahwa Kurdi menarik diri dari "zona aman" di sepanjang perbatasan Suriah, sebagaimana ditunjuk oleh Turki.
Langkah ini telah banyak dikritik karena merusak kampanye untuk membersihkan Suriah dari kelompok militan ekstrim, karena dihadapkan dengan serangan Turki. Pasukan Kurdi mungkin terpaksa meninggalkan tugas mereka menjaga penjara ISIS.
Pihak berwenang Kurdi mengatakan 800 anggota keluarga ISIS ditahan di sebuah kamp di Ain al-Issa di Suriah utara telah melarikan diri karena pemboman Turki.(ist)