Senin, 16 September 2019 13:35 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Sejumlah nama yang digembar-gemborkan menjadi pemimpin Kota Depok, Jawa Barat, mulai bermunculan.
Mereka berasal dari kalangan pejabat, politikus, hingga artis. Salah satunya, artis legendaris Iwan Fals. Nama Iwan Fals muncul berdasarkan hasil survei yang dilakukan Klinik Digital Vokasi Universitas Indonesia (UI) bersama Depok24Jam.
Founder Klinik Digital Vokasi UI Devie Rahmawati mengatakan, tiga tokoh menempati posisi teratas dalam survei Pilkada Depok 2020 versi Klinik Digital Vokasi Universitas Indonesia. Ketiganya adalah musisi Iwan Fals, Idris Abdul Shomad, dan Pradi Supriatna.
Dalam survei bertajuk "Persepsi Netizens Pra Pilkada Depok 2020", Iwan Fals meraih 13%. Sementara, Idris Abdul Shomad 12%, unggul dua persen atas Pradi Supriatna.
"Iwan Fals seperti diketahui seorang publik figur. Namanya besar di kancah musik. Sementara Idris dan Pradi adalah Wali Kota-Wakil Wali Kota Depok yang memimpin sekarang. Keduanya diuntungkan karena intensitas sosialisasi kepada masyarakatnya tinggi," kata Devie, Minggu (15/9/2019).
Selain ketiga nama di atas, dalam survei juga muncul nama-nama seperti Nuroji (politikus Senior Gerindra dan Anggota DPR-RI), Hendrik Tangke Allo (Ketua DPC PDI Perjuangan/DPRD Depok), Imam Budi Hartono (politikus PKS/DPRD Jawa Barat), dan Babai Suhaimi (politikus PKB /DPRD Depok).
Mereka masing-masing mendapat persentase 3%, kecuali Nuroji yang memperoleh 4%. "Klinik Digital Vokasi UI mengamati perilaku pengguna Instagram akun Depok24Jam. Total ada sekitar 2.800 responden yang diriset. Pemilihan akun Depok24Jam dilatari sejumlah faktor. Di antaranya jumlah followers yang tinggi, sekitar 250.000 akun, di mana kesemuanya bersifat organik atau murni alias bukan bot/robot," ujarnya.
Menurutnya, yang perlu dicermati adalah mayoritas sikap warganet alias netizen. Hasil survei, ada 48% yang tak begitu peduli tentang siapa yang memimpin Depok selanjutnya.
"Mereka hanya menginginkan yang terpenting pemimpin ke depan bisa lebih baik. Membenahi persoalan-pesoalan krusial seperti kriminalitas, pendidikan berkualitas, dan kesehatan," ujarnya.
Diketahui juga bahwa permasalahan yang banyak dikeluhkan adalah tingkat kriminalitas dengan persentase 29%, pendidikan berkualitas 22%, penanganan banjir 11%. "Ini bisa menjadi masukan bagi siapapun yang akan bertarung dalam kontestasi Pilkada Depok nanti," katanya.
Survei yang dilakukan secara kualitatif dengan Google form terjaring 2.800 responden yaitu masyarakat Kota Depok yang menyatakan bahwa sosok calon Wali Kota mendatang yang diinginkan bukanlah melihat dari partai, asal daerah, atau dengan kata lain "Siapa Saja".
"Jadi, mereka tidak mempedulikan asal-usul si pemimpin, namun intinya dia mampu menyelesaikan masalah Kota Depok secara nyata seperti kriminalitas, pendidikan, sampah," paparnya.
Kemudian, kepuasan akan birokrasi (pemerintah) juga terukur hanya 2%. Dengan kata lain, banyak ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah saat ini. Oleh sebab itu Kota Depok kini butuh sosok baru yang penuh dengan gagasan dan mendukung kaum milenial.
"Pemerintah Kota Depok hingga kini mewakili kelompok tertentu selama kurang lebih 15 tahun, sehingga butuh oksigen baru. Masyarakat membutuhkan sosok muda dengan patokan umur 30-40 tahun, karena yang ternyata dilirik adalah kecepatannya dalam mengambil keputusan maupun program," ujarnya.
Survei tersebut juga diakui Devie sama seperti pilkada serentak tahun lalu, yang memilih calon gubernur Jawa Barat. Hasilnya, dinilai reliable dalam merepresentasikan kehendak warga Kota Depok.
"Berdasarkan, penelitian kita survei tahun lalu juga sama pemilihan masyarakat terhadap partai sangat sedikit hanya mencapai 2% saja," tegasnya.
Devie berharap hasil penelitian tersebut mampu menjadi acuan oleh partai politik di Kota Depok, guna menjawab keresahan dan keinginan masyarakat. "Survei ini juga, telah digunakan di luar negeri dan itu telah dibuktikan, hasilnya hampir sama seperti di real count," pungkasnya.(ist)