Jumat, 23 Agustus 2019 11:25 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Mikroplastik yang terdapat pada air minum berisiko rendah bagi kesehatan manusia pada level saat ini.
Meski demikian, perlu ada riset lebih lanjut untuk memberi jaminan pada para konsumen. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan hal itu kemarin setelah sejumlah studi tahun lalu menemukan ada partikel plastik dalam air minum kemasan dan air kran.
Pernyataan WHO ini merupakan laporan pertama yang dirilis tentang potensi risiko kesehatan akibat mengonsumsi air minum mengandung mikroplastik. “Mikroplastik masuk dalam sumber air minum melalui limpasan dan limbah cair,” papar pernyataan WHO, dilansir Reuters.
Bukti menunjukkan, mikroplastik ditemukan di sejumlah air minum dalam kemasan akibat proses pengemasan dalam botol plastik dan tutup plastiknya. “Pesan utamanya ialah menjamin kembali para konsumen air minum di berbagai penjuru dunia, bahwa penilaian kami risiko itu rendah,” tutur Bruce Gordon dari Departemen Kesehatan Publik, Lingkungan, dan Sosial WHO.
Prancis, Jerman, dan Inggris berada di level terendah, tapi masih sebesar 73%. Secara keseluruhan 83% sampel air dari puluhan negara di penjuru dunia mengandung mikroplastik. Para peneliti memperingatkan mikroplastik sangat kecil sehingga dapat menembus organ manusia.
Para peneliti menguji 159 sampel dari penjuru dunia, termasuk kawasan seperti Uganda, Ekuador, dan Indonesia. Mikroplastik merupakan partikel plastik berukuran kurang dari 5 mm. Anne Marie Mahon dari Galway-Mayo Institute of Technology yang memimpin studi sebelumnya mengonfirmasi kontaminasi mikroplastik pada air keran di Irlandia.
”Kami tidak tahu apa dampak kesehatannya dan untuk alasan itu kami harus mengikuti prinsip pencegahan dan berupaya sejak sekarang, segera, sehingga kita dapat menemukan apa risiko sebenarnya,” katanya. Anne Marie Mahon menambahkan, jika partikel mikroplastik cukup kecil, mereka akan menembus sel dan organ.
Riset sebelumnya juga mengungkap mikroplastik dapat menyerap bahan kimia beracun yang kemudian dilepaskan di dalam tubuh manusia atau usus binatang.
”Jika ada serat di sana, ada kemungkinan itu partikel nano yang kita tidak bisa ukur. Saat mereka dalam kisaran nanometer mereka dapat masuk ke sel dan itu berarti mereka dapat masuk ke organ dan itu mengkhawatirkan,” ujar Mahon.(exe)