Senin, 08 April 2019 10:55 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Calon wakil presiden (cawapres) Sandiaga Salahuddin Uno mengucapkan terima kasih menyikapi kritik yang disampaikan Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), terkait konsep kampanye akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Minggu (7/4/2019).
Sandi mengungkapkan, tim Prabowo-Sandi telah mengajak seluruh elemen masyarakat dari berbagai agama, suku, dan ras dalam kegiatan tersebut.
“Kita terima kasih masukan dari Pak SBY. Saya tadi ketemu dengan beberapa tokoh agama. Pak Prabowo sendiri juga keluarganya kan Bhinneka Tunggal Ika, ada yang Islam, Kristen, dan Katolik,” tutur Sandi saat menghadiri acara pengajian di Tiara Convention Centre, Jalan Imam Bonjol, Medan, Sumatera Utara, Minggu (7/4/2019).
Sebelumnya, SBY mengkritik konsep kampanye akbar Prabowo-Sandi di Stadion GBK, hari ini. Kritik SBY itu terungkap dalam surat yang disampaikannya kepada Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat Amir Syamsudin, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hassan, Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Panjaitan.
Dalam surat SBY tertanggal 6 April 2019, SBY menilai konsep kampanye Prabowo-Sandi tidak lazim dan tidak mencerminkan kampanye nasional yang inklusif.
Pendapat SBY didasarkan atas informasi yang diterimanya tentang set up dan run down acara, serta tampilan kampanye akbar atau rapat umum Prabowo-Sandi di Stadion Utama GBK hari ini.
"Menurut saya apa yang akan dilakukan dalam kampanye akbar di GBK tersebut tidak lazim dan tidak mencerminkan kampanye nasional yang inklusif, melalui sejumlah unsur pimpinan Partai Demokrat saya meminta konfirmasi apakah berita yang saya dengar itu benar. Malam hari ini, saya mendapat kepastian bahwa informasi yang didapat dari pihak lingkaran dalam Bapak Prabowo, berita yang saya dengar itu mengandungi kebenaran," tulis SBY dalam suratnya.
Dalam suratnya, SBY meminta kepada tiga pengurus partainya itu untuk memberikan saran kepada Prabowo, yakni penyelenggaraan kampanye nasional (Partai Demokrat menjadi bagian did alamnya) tetap dan senantiasa mencerminkan "inclusiveness".
"Dengan sasanti 'Indonesia untuk Semua' Juga mencerminkan kebinekaan atau kemajemukan. Juga mencerminkan persatuan. 'Unity in diversity'. Cegah demonstrasi apalagi 'show of force' identitas, baik yang berbasiskan agama, etnis serta kedaerahan, maupun yang bernuasa ideologi, paham dan polarisasi politik yang ekstrem," tulis SBY.
Menurut SBY, pemilihan presiden adalah memilih pemimpin bangsa, pemimpin rakyat, pemimpin semua. Karenanya, sejak awal set up-nya' harus benar dengan mindset harus tetap "Semua Untuk Semua" , atau "All For All".
SBY berpendapat calon pemimpin harus berpikir dan memiliki tekad menjadi pemimpin bagi semua. Jika terplih kelak akan menjadi pemimpin yang kokoh dan insya Allah akan berhasil.
"Sebaliknya, pemimpin yang mengedepankan identitas atau gemar menghadapkan identitas yang satu dengan yang lain, atau yang menarik garis tebal 'kawan dan lawan' untuk rakyatnya sendiri, hampir pasti akan menjadi pemimpin yang rapuh. Bahkan sejak awal sebenarnya dia tidak memenuhi syarat sebagai pemimpin bangsa. Saya sangat yakin, paling tidak berharap, tidak ada pemikiran seperti itu (sekecil apa pun) pada diri Pak Jokowi dan Pak Prabowo," tulis SBY.(exe)