JAKARTA, Tigapilarnews.com- Keinginan Mantan Gubernur Gorontalo, Fadel Muhammad, untuk maju sebagai calon Ketua Umum PSSI pada KLB PSSI 2019 yang akan berlangsung Agustus mendatang, disambut baik oleh para mantan pemain sepakbola.
Sosok Fadel yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan (era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono) dinilai cukup menjanjikan yang dapat diharapkan untuk membawa perubahan positif bagi PSSI dan persepakbolaan nasional.
Mantan kapten tim nasional, Firman Utina mengapresiasi niat dan keinginan Fadel Muhammad untuk memimpin pembinaan sepakbola di Indonesia. "Sah-sah saja kalau ada putra bangsa seperti Pak Fadel Muhammad yang merasa terpanggil untuk menjadi Ketua Umum PSSI," kata Firman yang juga berasal dari Gorontalo.
Menurut mantan pemain yang telah malang-melintang di jagat sepakbola nasional ini, saat ini persepakbolaan nasional membutuhkan sosok ketua umum yang proaktif. Mampu menggerakkan sistem pembinaan yang terencana, terukur dan berkesinambungan.
"Saat ini sepakbola Indonesia butuh sosok aktif bergerak. Siap beraksi khususnya dalam mendorong pembinaan sepakbola usia muda," tandasnya.
Hal senada disampaikan mantan pemain timnas Francis Wawengkang. Pria asal Sulawesi Utara ini berharap pada Fadel Muhammad jika nantinya terpilih sebagai Ketua Umum PSSI yang baru dapat membawa perubahan yang lebih baik.
"Kalau saya pribadi, pertama saya ingin sepak bola kita ada perubahan, perubahan yang lebih baik. Kedua, orang yang mau memimpin PSSI paling tidak mencintai sepak bola, paham sepak bola Indonesia, punya integritas, menetap di Jakarta dan tidak kompromi dengan hal-hal yang tidak baik. Harus jujur. Dan terakhir harus sesuai dengan AD/ART PSSI," tutur Francis yang kini menjadi asisten pelatih di klub Liga 1 PS Tira Persikabo.
Mantan pemain timnas U18 Leo Sahputra juga menyambut baik niat dan keinginan Fadel Muhammad yang akan maju sebagai calon Ketum PSSI. "Siapapun di negeri ini yang punya niat baik ingin memajukan sepakbola Indonesia, harus diberi kesempatan. Kalau niat dan langkahnya baik, Insha Allah akan diridhoi Allah," ujar Leo.
Bahkan menurut mantan pemain Persita Tangerang ini, persyaratan pencalonan ketua umum PSSI yang mewajibkan calon harus pernah menjadi pengurus selama sekian tahun janganlah diterapkan secara kaku. Dengan demikian, orang-orang yang mungkin belum pernah berkiprah sebagai pengurus sepakbola, bisa memiliki kesempatan untuk mencalonkan diri.
"Kalau kita terlalu terikat dengan aturan administratif tersebut kita akan terus tersandera. Sebab, faktanya saat ini para calon yang memenuhi syarat administratif punya cacat. Kan repot sendiri jadinya. Kenapa tidak memberikan kesempatan pada para calon yang mungkin belum pernah berkiprah ssbagai pengurus tetapi memiliki niat dan keinginan. Karena bagaimanapun juga pembinaan sepakbola tidak boleh stag. Tetapi harus tetap berjalan," pungkasnya.
Fadel Muhammad
Prof. Dr. Ir. H. Fadel Muhammad Al-Haddar (lahir di Ternate, Maluku Utara, 20 Mei 1952; umur 66 tahun) adalah pengusaha yang juga berprofesi sebagai politikus dan akademisi. Ia pernah menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan pada Kabinet Indonesia Bersatu II dari 22 Oktober 2009 hingga reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II, 18 Oktober 2011.
Anggota DPR RI periode 2014-2019 dapil Gorontalo, Guru Besar bidang Public Sector Entrepreneurship Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, sebelumnya ia menjabat sebagai Gubernur Provinsi Gorontalo sejak 10 Desember 2001 hingga 22 Oktober 2009.
Pada Pemilihan Kepala Daerah Provinsi Gorontalo 2006 yang dilaksanakan pada 26 November 2006, ia memperoleh 81 persen suara. Nilai ini merupakan tertinggi di Indonesia untuk pilkada sejenis dan tercatat di rekor MURI sebagai rekor pemilihan suara tertinggi di Indonesia untuk pemilihan gubernur.
Pada 17 Januari 2007 atau sehari setelah pencanangan Gerakan Peningkatan Produksi Padi Nasional 2 Juta Ton, Menteri Dalam Negeri Mohammad Ma'ruf melantiknya bersama pasangan wakil gubernur untuk periode kedua. Proses pelantikan berlangsung secara nasional dari Gedung DPRD Provinsi Gorontalo melalui siaran TVRI.
Berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 73/P/2006 yang berlaku mulai 28 Desember 2006, Mendagri mensahkannya menjadi Gubernur untuk periode 2006-2011. Bersama Wakil Gubernur Dr. Ir. Hi Gusnar Ismail, MM, ia sukses memimpin Gorontalo sejak 2001-2006.
Fadel meraih gelar Insinyur dari Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1978, meraih Doktor di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dan menjadi Profesor di Universitas Brawijaya, Malang. Saat sedang menempuh pendidikan di ITB, ia pernah mendapatkan tawaran beasiswa untuk belajar di Institut Teknologi California, namun tawaran tersebut ditolaknya. Ia pernah bergabung dengan Menwa ITB.
Ia adalah salah seorang pendiri Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan mantan pemimpin Grup Bukaka yang juga didirikannya. Selain itu, ia pernah menjadi salah seorang pemegang saham Bank Intan yang kemudian dilikuidasi. Fadel pernah mengalami perkara kepailitan melawan Bank IFI, ING Barings South East Asia Limited di Singapura, serta Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Ia dinyatakan berutang Rp. 40 miliar kepada Bank IFI, sebesar US$ 4,8 juta kepada ING Barings, dan sebesar Rp 93,2 miliar kepada BPPN. Dalam putusan Pengadilan Niaga Jakarta pada 13 Maret 2001, ia dinyatakan pailit, namun secara mengejutkan dibebaskan dalam tingkat kasasi oleh Mahkamah Agung pada 18 Oktober 2004. Saat ini Fadel juga adalah Ketua Umum Pengurus Dewan Jagung Nasional, Ketua Umum Pusat Yayasan Al-Khairaat, Ketua Umum Masyarakat Agribsinis dan Agroindustri Indonesia (MAI), Ketua Umum Induk Koperasi Karyawan (Inkopkar).
Menjadi Guru Besar
Fadel telah membangun jiwa entrepreneur-nya sejak masa kanak-kanak dengan membantu Umi berjualan roti, kemampuan entrepreneurial-nya mulai teruji ketika menjadi pengurus koperasi mahasiswa ITB dengan membuka keagenan sepeda motor. Fadel tidak hanya menjadi praktisi, tetapi juga pemikir kewirausahaan.
Tulisannya tersebar di berbagai media. Disertasi doktornya pun tentang pemikiran kewirausahaan. Fadel memiliki ketekunan luar biasa dan pengalaman sangat luas dalam bidang kewirausahaan, mulai dari organisasi profesi, sebagai Ketua Komite Kadin Iran, Ketua Asosiasi Sarjana dan Praktisi Administrasi (ASPA), anggota Persatuan Insinyur Indonesia (PII), anggota World CEO, dan anggota American Society of Mechanical Engineers.
Di bidang politik dan pemerintahan, Fadel saat ini adalah anggota DPR RI (2014-2019), Menteri Kelautan dan Perikanan RI (2009-2011), Gubernur Gorontalo (2001-2009), Wakil Ketua Umum Partai Golkar (2009-2011), dan Bendahara Partai Golkar (1999-2004). Fadel dipercaya untuk menduduki jabatan Guru Besar terhitung sejak 1 Juni 2018 melalui Surat Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang menetapkan sebagai Guru Besar Ilmu Kewirausahaan Sektor Publik.
Fadel Muhammad konsisten dalam mewujudkan visi hidupnya. Prof. Dr. Ginandjar Kartasasmita, sebelas tahun yang lalu dalam sambutan peluncuran buku yang diangkat dari disertasi doktor dan pengalaman Fadel menjadi Gubernur, Reinventing Local Government: Pengalaman dari Daerah-mengatakan bahwa Fadel adalah sosok manusia paripurna dan tuntas dalam mengemban tugas.
Ketika mahasiswa, dia berhasil menjadi mahasiswa teladan tingkat nasional (1975). Lulus sebagai insinyur, ia menjalankan profesi keinsinyurannya dengan mendirikan PT Bukaka, dari bengkel kecil reparasi alat berat menjadi perusahan engineering yang terpandang.
Saat menjadi Gubernur, Fadel mampu membawa Gorontalo-yang sebelumnya merupakan halaman belakang Sulawesi-menjadi provinsi inovasi, dan meletakkan dasar pembangunan yang bertumpu pada ekonomi jagung. Fadel adalah satu-satunya yang mendapat Piagam Ketahanan Pangan Abadi. Di bidang politik, Fadel berperan ketika Golkar menghadapi masa sulit pasca reformasi. Dia adalah sedikit tokoh Golkar yang dijuluki "Golkar Putih".
Sebagai legislator, waktu menjadi pimpinan Komisi XI, melalui perannya sebagai policy entrepreneur berhasil mendorong Bank Indonesia (BI) untuk memberikan subsidi Kredit Usaha Rakat (KUR) dari bunga kredit 22% menjadi 12% dan sekarang bunga KUR tinggal 7,5%.
Kesibukannya yang cukup tinggi tidak menyurutkan Fadel untuk membagi ilmu kewirausahaan. Sejak tahun 1998, Fadel memberikan kuliah tamu di berbagai universitas, di antaranya Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Institut Pertanian Bogor (IPB). Ia juga mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti sampai tahun 2000. Kemudian, ia berlabuh di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya hingga sekarang dan menjadi guru besar satu-satunya di Indonesia dalam bidang kewirausahaan sektor publik.
PENDIDIKAN
Fakultas Teknik Industri, Departemen Teknik Fisika ITB,1972 – 1978
Kandidat Doktor program studi Ilmu Administrasi Negara, Universitas Gadjah Mada, 2005
KARIER
Presiden Komisaris/Chairman:
PT Arco Chemical Indonesia, 1987-2004
PT Dowel Andarill Schlumberger Indonesia, 1985-2004
PT Gema Baker Nusantara, 1983-2003
PT Gema Sembrown, 1998
PT Nesic Bukaka, 1993
Komisaris Utama INTAN Group,1995-2004
Komisaris Utama WARTA Group, 1989
Komisaris Utama SIERAD Group, 1994 – 1999
Presiden Direktur BUKAKA Group, 1987- 1997
Komisaris Utama BATAVINDO Group, 1995 – 2000
Ketua Dewan Pembina Badan Kerjasama Pembangunan Regional se-Sulawesi/BKPRS, 2003 – 2005
Wakil Ketua Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia, 2003 – 2007
Ketua Dewan Jagung Indonesia, 2004
Gubernur Provinsi Gorontalo, 2001 – 2006, 2006-2009
Menteri Kelautan dan Perikanan, 2009-2011
Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar, 2009-2014, 2014-2019
Anggota DPR RI, 2014-2019