Rabu, 05 Desember 2018 15:57 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Panglima Daerah Militer Makodap III Ndugama Organisasi Papua Merdeka (OPM) Pimpinan Egianus Kogoya menyatakan, bertanggungjawab atas penyerangan yang menewaskan puluhan pekerja jembatan di Distrik Mbua, Kabupaten Nduga pada 1-2 Desember 2018 lalu.
Juru Bicara Kelompok Organisasi Papua Merdeka Sebby Sambom dalam siaran pers kepada wartawan di Papua, Rabu (5/12/2018) mengatakan, setelah aksi serangan yang dilakukan kelompok OPM, Panglima Daerah Militer Makodap III Ndugama langsung mengeluarkan pernyataan bertanggungjawab terhadap penyerangan pekerja Jembatan Kali Aworak, Kali Yigi dan Pos TNI Distrik Mbua.
Menurut Sebby, Panglima Daerah Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Makodap III Ndugama Tuan Egianus Kogeya menyatakan, bertanggungjawab terhadap penyerangan pekerja jembatan Kali Aworak, Kali Yigi dan Pos TNI Distrik Mbua.
"Sejak tanggal 2 Desember 2018 dibawah pimpinan Komandan Operasi Tuan Pemne Kogeya telah melakukan operasi di Kali Aworak, Kali Yigi dengan sasaran Operasi Jembatan Kali Aworak, Kali Yigi Pos TNI Distrik Mbua. Dikatakan Sebby, saat dirinya menghubungi Tuan Egianus Kogeya melalui Komandan Operasinya Pemne Kogeya menyatakan, benar melakukan operasi di Kali Aworak, Kali Yigi, Pos TNI Distrik Mbua.
"Kami yang lakukan dan kami siap bertanggungjawab penyerangan ini dipimpin dibawah pimpinan Panglima Daerah Makodap III Ndugama Tuan Egianus Kogeya dan Komandan Operasi Pemne Kogeya. Lebih dari tiga bulan kami lakukan pemantauan dan patroli terhadap pekerja Jembatan Kali Aworak, Kali Yigi dan Pos Mbua. Dan kami sudah secara lengkap mempelajari pekerja di Kali Aworak, Kali Yigi Pos TNI Distrik Mbua adalah satu kesatuan," kata Sebby menyampaikan keterangan Egianus Kogoya.
Diungkapkannya, Pos Mbua adalah pos resmi sebagai pos kontrol dan yang bekerja di Kali Aworak, Kali Yigi adalah murni anggota TNI (Zipur). "Karena kami tahu bahwa yang bekerja selama ini untuk jalan Trans dan jembatan-jembatan yang ada sepanjang Jalan Habema Juguru Kenyam Batas Batu adalah murni anggota TNI (Zipur)," timpalnya.
Lanjut dia, sasaran serangan pihak OPM tidak salah dan pihaknya tahu mana pekerja sipil atau tukang biasa dan mana pekerja anggota TNI (Zipur). Walaupun mereka berpakaian sipil atau preman. "Kami juga siap bertanggung jawab terhadap penyerangan Pos TNI Distrik Mbua. Yang melakukan perlawanan dan penyerangan adalah TPNPB Makodap III Ndugama bukan warga Sipil. Kami pimpinan sampai anggota TPNPB Komando Nasional punya kode etik perang revolusi. Kami tidak akan berperang melawan warga sipil yang tidak seimbang dan sepadan," ujarnya.
Lanjut Sebby pihaknya tidak akan berperang melawan warga sipil, namun sasaran mereka jelas adalah aparat TNI - Polri. "Kami tidak akan berperang melawan warga sipil yang tidak seimbang dan sepadan. Untuk itu kami imbau kepada pihak TNI/Polri Kolonial Indonesia bahwa berperanglah secara gentleman dan bertanggung jawab menjunjung Ting Hukum Humanisme Internasional. Pisahkan mana basis rakyat sipil mana basis dan wilayah perang. Jangan seperti hari ini yang sangat brutal serang sembarangan tempat dengan mengunakan Bom peledak dalam kapasitas besar," ungkap Sebby.
Mereka pihak TNI/Polri, kata Sebby, selain mengevakuasi korban juga melancarkan serangan udara sampai dengan sore pukul 17.35 WIT dengan menggunakan peralatan perang yang canggih dan bahan peledak daya besar.
"Beberapa rumah jadi korban serangan ini dan warga sipil dan anggota TPNPB juga menjadi korban serangan ini, namun wilayah Mbua ini besar jadi Kami secara Komando belom identifikasi korban dimaksud. Dalam serangan ini kami menyampaikan kepada Negara Kolonial Indonesia bahwa kami berjuang bukan KKB, KKSB, dan lain-lain tetapi kami adalah Pejuang Sejati Untuk Kebebasan Republik West Papua. Kami tidak minta Jalan Trans dan Pembangunan namun Solusi Masalah Papua adalah Kemerdekaan dan Berdaulat sendiri sebagai Bangsa yang beradap," ungkap Sebby.
Melalui kesempatan, lanjut Sebby, TPNPB Makodap III Ndugama juga meminta kepada pihak TNI/Polri agar tidak menyerang sembarang terhadap warga sipil. Medan perang ada di Distrik Mbua sampai Habema Bukam Distrik Dal Yigi dan lainnya.
Terkait serangan balasan oleh pihak TNI/Polri menyatan bahwa hari Selasa 04 Desember 2018 telah dilancarkan serangan udara sejak pukul 09.45 WIT sampai dengan pukul 17.35 WIT. Dalam serangan ini pihak TNI/Polri mengerakan empat unit helikopter yakni tiga unit milik TNI AU dan 1 unit milik Polda Papua dari Kabupaten Mimika dan selanjutnya Basecamp di Kenyam Kabupaten Nduga.
"Serangan jalur udara ini menerjunkan bom peledak dalam kapasitas besar namun dua unit belum meledak sementara dua lainnya meledak di udara dan habis di udara sebelum menyentuh Tanah, dengan demikian jumlah bom yang diterjunkan berjumlah empat unit. Terkait ini tuan Egianus Kogeya membenarkan adanya penyerangan jalur udara yaitu dengan serangan udara dan pelepasan bom .
Menurut Sebby, sementara jalur darat dari Kabupaten Jayawijaya Kepolsian Resort Jayawijaya menggerakan 24 Strada untuk mobilisasi pasukan gabungan yang diturunkan untuk melakukan pengejaran terhadap TPN PB Makodap III Ndugama.
"Ya, itu laporan lengkap dari Mbua itu sudah jelas. Ambil foto itu motif tambahan, intinya TPNPB OPM tolak semua bentuk pembangunan yang dijalankan oleh Pemerintah RI di sekuruh Tanah Papua. Kami tidak butuh Pembangunan oleh Pemerintah Kolonial RI, kami hanya ingin kemerdekaan penuh. Oleh karena ITU semua pembanguan infrastructure segera hentikan Dan segera lakukan perundingan antara wakil TPNPB-OPM Dan Pemerintah RI untuk menentukan masa depan bangsa Papua. Pernyataan TPNPB dalam video ITU sudah jelas. Demikian, terima kasih," tandas Sebby.(exe/ist)