Senin, 26 November 2018 11:06 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Pesawat-pesawat jet tempur Rusia membombardir sebuah wilayah di utara Aleppo, Suriah pada hari Minggu.
Gempuran Moskow diklaim untuk merespons serangan senjata kimia yang diluncurkan kelompok militan pemberontak Suriah pada hari Sabtu.
Media Damaskus, SANA, melaporkan pada hari Sabtu bahwa kelompok militan di utara Aleppo meluncurkan serangan senjata senjata kimia yang menyebabkan lebih dari seratus orang dikirim ke rumah sakit dengan gejala khas keracunan seperti mati lemas.
Menurut laporan itu, ada 107 kasus warga sipil kesulitan bernapas. Jumlah itu merupakan data terbaru pada hari Minggu.
"Kami tidak dapat mengetahui jenis-jenis gas tetapi kami mencurigai klorin dan merawat pasien atas dasar ini karena gejalanya," kata Zaher Batal, kepala Sindikat Dokter Aleppo, kepada kantor berita Reuters, yang dilansir Senin (26/11/2018).
Batal mengatakan gejala termasuk kesulitan bernapas, radang mata, menggigil dan pingsan. Rumah sakit telah memulangkan banyak pasien.
Kementerian Pertahanan Rusia mengonfirmasi bahwa jet-jet tempur Moskow menghantam sasaran teroris yang dilaporkan menyerang Aleppo dengan gas klorin mematikan pada hari Sabtu.
Menurut kementerian itu, dinas intelijen yang beroperasi di zona de-eskalasi di mengonfirmasi adanya serangan gas klorin di Aleppo. Mereka juga menemukan bahwa para teroris sedang mempersiapkan serangan racun lainnya.
Dalam pernyataannya kementerian itu juga melaporkan bahwa kelompok teroris al-Nusra menggunakan ranjau 120-mm buatan tangan yang berisi zat beracun untuk membunuh para warga Aleppo.
Juru bicara militer Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov mengatakan kepada wartawan di Moskow bahwa pesawat tempur Rusia menghancurkan posisi pemberontak di Suriah utara dan menyalahkan mereka atas dugaan serangan gas beracun.
"Pesawat-pesawat Angkatan Pertahanan Kedirgantaraan Rusia melakukan serangan terhadap posisi artileri teroris yang terdeteksi di daerah itu, di mana penembakan terhadap warga sipil Aleppo dengan amunisi kimia dilakukan akhir-akhir ini," kata Konashenkov.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan bahwa pesawat-pesawat tempur Moskow menggempur wilayah yang dikuasai pemberontak di barat dan selatan kota Aleppo. Serangan udara adalah yang pertama sejak gencatan senjata mulai berlaku pada 17 September.
Sementara itu, kubu oposisi atau pemberontak Suriah membantah meluncurkan serangan gas beracun di Aleppo.
Front Pembebasan Nasional (NLF), sebuah organisasi payung pemberontak yang didukung Turki yang mencakup Tentara Pembebasan Suriah (FSA), telah menepis tuduhan bahwa mereka menggunakan gas beracun untuk menyerang kota Aleppo yang dikuasai pemerintah Presiden Bashar al-Assad.
Kepala kantor legislatif NLF, Omar Huthayfa, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa koalisi itu tidak memiliki gas beracun. Dia menuduh pemerintah Assad sedang berusaha untuk membingkai mereka sebagai pelaku kejahatan.
"Saya percaya bahwa ini adalah tindakan yang dilakukan oleh pemerintah. Kami telah melihatnya di Ghouta dan Khan Sheikhoun di masa lalu dan masyarakat internasional tetap diam," kata Huthayfa kepada Al Jazeera.
"Inilah sebabnya mengapa pemerintah memiliki keberanian untuk terus menuduh pihak oposisi melakukan serangan seperti itu ketika tahu bahwa oposisi tidak memiliki persenjataan ringan untuk membela diri," ujarnya.(exe/ist)