Jumat, 26 Oktober 2018 11:02 WIB

China dan Jepang Perkuat Kerja Sama Ekonomi

Editor : Yusuf Ibrahim
Perdana Menteri (PM) Jepang, Shinzo Abe. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Perdana Menteri (PM) Jepang, Shinzo Abe, tiba di Beijing, kemarin, untuk konferensi tingkat tinggi (KTT) resmi pertama dengan pemimpin China dalam tujuh tahun terakhir.

Dua negara yang selama ini menjadi pesaing itu berupaya membangun kerja sama menghadapi konflik dagang dengan Amerika Serikat (AS). Lawatan tiga hari Abe itu diperkirakan akan memperkuat kerja sama antara dua ekonomi terbesar di Asia tersebut. 

Kunjungan ini juga akan memperkuat kepercayaan yang sempat melemah sejak keduanya memulihkan hubungan diplomatik pada 1972. “Jepang dan China memainkan peran yang sangat diperlukan dalam pembangunan ekonomi tidak hanya Asia, tapi dunia,” kata Abe dalam pidato di Beijing setelah dia tiba dari Jepang dikutip kantor berita Reuters.

Tahun lalu, China meningkatkan kedekatan dengan Jepang dan negara lain saat menghadapi konflik dagang dengan AS. Adapun Jepang berupaya menjalin hubungan ekonomi lebih dekat dengan Beijing tanpa mengecewakan aliansi keamanan utamanya, AS. 

Saat ini China dan Jepang juga memiliki masalah perdagangan dengan AS. Abe kembali berkuasa pada 2012 saat hubungan China-Jepang memburuk akibat konflik di kepulauan Laut China Selatan. Abe telah bertemu Presiden China Xi Jinping beberapa kali sejak percakapan pertama pada 2014 di sela konferensi regional di Beijing. 

Namun, pertemuan dengan Xi pada hari ini akan menjadi KTT skala penuh antara kedua ne gara sejak 2011. “Melalui kunjungan ini, saya ingin meningkatkan hubungan antara dua negara ke level baru,” ujar Abe menjelang penerbangan ke China. 

Bendera kedua negara berjajar di Changan Avenue, jalan raya yang membelah jantung Beijing dekat Lapangan Tiananmen. Kedua negara akan menandatangani sekitar 50 memorandum of understanding (MoU) proyek selama kunjungan Abe, menurut draf yang diperoleh Reuters. 

Berbagai proyek itu mulai dari bidang energi dan layanan kesehatan hingga keuangan dan automotif. Jepang juga berharap ada kemajuan dalam penerapan kesepakatan 2008 tentang pengembangan ladang gas bersama di perairan konflik. Tokyo juga ingin Beijing melonggarkan batasan impor untuk produk dari wilayah yang terkena dampak bencana nuklir Fukushima 2011.

China mungkin berharap Abe membuat pernyataan positif tentang inisiatif Belt and Road atau Jalur Sutra Baru untuk mendanai dan membangun jalur transportasi serta perdagangan di lebih dari 60 negara. Proyek Belt and Road mendapat kritik karena dianggap membuat negara-negara miskin terlilit utang melalui proyek-proyek besar yang tidak layak secara ekonomi. 

China menolak kritik tersebut. Para pejabat pertahanan Jepang juga khawatir dengan dampak militer dari Jalur Sutra Baru itu. Di sisi lain, Tokyo mendorong Strategi Pasifik Bebas dan Terbuka untuk mempromosikan perdagangan dan infrastruktur di Asia, Afrika, dan Timur Tengah. Jepang ingin memastikan setiap proyek bersama dengan China berjalan transparan, terbuka, dan sehat secara fiskal.

Kedua negara memiliki sejarah konflik di masa perang. China sering mengkritik Jepang tidak sepenuhnya meminta maaf atas pendudukan di sebagian wilayah China dan selama Perang Dunia II. 

“Hanya melihat bagaimana bendera dua negara dipasang berdampingan di Changan Avenue membuat saya tidak nyaman. Agresi masa perang Jerman masih terasa sangat menyakitkan,” ungkap seorang pengguna platform mikroblog Weibo China. 

Beberapa orang lainnya mendorong agar hati-hati dengan kunjungan Abe karena Jepang dianggap sebagai tetangga berwajah dua. Meski demikian, ada juga harapan agar kedua pemimpin negara dapat lebih sering berkunjung.

“Jika Xi berjanji datang ke Jepang tahun depan, itu akan jadi sangat besar,” kata Kiyoyuki Seguchi, direktur riset di Canon Institute for Global Studies di Tokyo. “Jika itu terwujud, perbaikan hubungan Jepang dan China akan semakin cepat,” kata Seguchi. 

Jepang merupakan aliansi dekat AS setelah Perang Dunia II. AS dan China saat ini sedang melancarkan perang dagang dengan saling menerapkan tarif untuk produk-produk dari negara lain. Perang tarif ini membuat banyak pihak khawatir karena dapat mempengaruhi perekonomian dunia.(exe/ist)


0 Komentar