Selasa, 11 September 2018 02:17 WIB

Ustadz Abdul Somad Siap 'Indonesia Raya' Jadi Syarat Sebelum Ceramah

Editor : A. Amir
Ustadz Abdul Somad

JAKARTA, Tigapilarnews.com - Ustadz Abdul Somad mengaku tak keberatan ada syarat menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum berdakwah sebagai bentuk kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Bila perlu syarat tersebut menjadi standar bagi seluruh penceramah di Indonesia sebelum memberikan taushiyah.

"Buat saja standar se-Indonesia, jangan buat orang-orang tertentu, tapi seluruh pengajian di Indonesia dalam rangka membangkitkan kecintaan (pada) NKRI," kata Somad dikutip dari TV One, Senin (10/9).

"Baca Al-Quran, shalawat badar, lalu (nyanyikan) Indonesia Raya. Jadi semua ustadz enggak ada yang aneh-aneh," kata Somad.

Ia juga mengaku tak keberatan jika diminta untuk menyanyikan lagu kebangsaan jelang ceramah.

"Enggak apa-apa, ngapain tersinggung? Orang cinta negara kok," ujarnya.

Terlebih, Somad mengaku dirinya sudah rutin menyanyikan Indonesia Raya sejak SD. "Saya dirijennya kok, tiba-tiba sekarang disuruh nyanyi (lagu kebangsaan). Lucu aja," ujarnya.

Somad mengaku heran dirinya masih terus dituding anti-NKRI meski beberapa kali dibantahnya. Termasuk dengan publikasi video ia menggelar upacara bendera bersama anak-anak di hutan.

Somad juga memastikan dirinya tak ditunggangi oleh Islam radikal ataupun pendukung gerakan khilafah.

"Ada yang bilang saya ini ditunggangi tim muslim cyber army, Ikhwanul Muslimin, HTI, garis keras, radikal, disusupkan, ditunggangi, lailahaillah," katanya

Soal atribut yang dinilai berbau HTI, Somad menilai pihaknya hanya mendakwahkan soal kalimat tauhid atau lailahailallah. Menurutnya, banyak pihak yang sudah paham bahwa kalimat tauhid tak melulu identik dengan atribut yang biasa digunakan HTI.

"Sudah cerdas masyarakat juga kelihatannnya. Kalau semua kalimat itu diidentikan dengan hizbut tahrir, lalu bagaimana peti jenazah, kaligrafi, tulisan di mobil," ujar penceramah asal Riau ini.

"Kenapa (HTI) bersalah? Karena mau mendirikan negara dalam negara, antikonstitusi, inkonstitusional, ini kan tidak ada terjadi," ia menambahkan.

Jika memang diperlukan, Somad pun mempersilakan semua pihak membuat tipe tulisan atau khat kalimat tauhid lain yang berbeda dengan tipe tulisan yang lazim digunakan HTI.

"Ya buat kaligrafi yang lain, khat naskhah, khat tsulus, khat diwani," tuturnya.

Terpisah, Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengaku tak melarang UAS berceramah jika memang sudah bertaubat untuk tak mendukung khilafah.

"Kalau UAS sudah bertobat berhenti tinggalkan keinginannya menegakkan khilafah, ya silakan saja berdakwah," ucapnya.

Hanya saja, ia keberatan dengan atribut yang lazim digunakan oleh para pihak yang disebutnya sebagai tim UAS saat hendak berceramah di Jepara. Yakni, topi dengan tulisan kalimat tauhid.

"Kalimat tauhid itukan cara menulisnya macam-macam. Kalau ini kan cara menulisnya sangat identik dengan bendera yang selama ini dipakai HTI," kata Yaqut.


0 Komentar