Senin, 21 Mei 2018 08:06 WIB

Kemenag Blunder Rilis 200 Mubaligh

Editor : Rajaman
Ilustrasi Mubaligh (ist)

JAKARTA, Tigapilarnews.com - Kementerian Agama (Kemenag) merilis daftar 200 mubaligh atau penceramah yang sudah diseleksi. Daftar itu lantas memicu kegaduhan di masyarakat. Ketua MPR Zulkifli Hasan pun angkat bicara.

"Kementerian Agama blunder, blunder besar," kata pria akrab disapa Zulhas itu.

Ia juga menyayangkan langkah Kemenag mengeluarkan daftar 200 mubaligh yang direkomendasi. Sebab langkah itu bisa menimbulkan perpecahan di masyarakat.

"Seharusnya mempersatukan bukan memecah belah. Jadi disini separuh diambil, separuh lagi dipijak. Tidak boleh begitu. Itu belah bambu namanya," ungkap Ketua Umum PAN ini.

Mantan Menteri Kehutanan era Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyarankan Menteri Agama untuk menarik daftar 200 mubaligh itu. "Segera tarik karena ini adalah blunder," tutupnya.

Tidak Sependapat

Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengaku tidak sependapat dengan langkah Kementerian Agama (Kemenag) yang merilis atau merekomendasikan 200 nama mubaligh atau penceramah.

Said mengatakan, seharusnya Kementerian yang dipimpin politisi PPP itu merilis mubaligh-mubaligh yang tidak baik.

Menurutnya tidak tepat jika Kemenag mengeluarkan 200 nama mubaligh yang direkomendasikan, sebab masih banyak penceramah yang berkualitas dan belum masuk ke daftar tersebut.

Karena itu, ia menilai harusnya yang dilakukan Menteri Lukman Hakim Saifudin adalah mengeluarkan larangan bagi penceramah yang tidak baik atau mengkritik Pancasila dan berdakwah tetapi berbicara kasar.

"Terus terang saya kurang sependapat soal itu, (selain) 200 mubaligh itu sesungguhnya masih ada ratusan pendakwah lagi yang ceramahnya bagus-bagus. Malah sebenarnya yang radikal itu sedikit, sebetulnya kan yang harus ditentukan yang tidak baik itu ini, ini, ini, jangan malah yang baik yang dikeluarkan dari pendakwah umat Islam," kata Said Aqil.

"Yang tidak baik lah yang harus dikeluarkan misalkan Habib Rizieq, misalkan. Saya tidak sependapat intinya (soal 200 nama), harusnya adalah dikeluarkan warning jangan undang jika yang tidak baik berceramah, berdakwah seperti misal Habib Rizieq. Jangan mengorbankan ribuan penceramah yang bagus-bagus. Intinya kurang rapi, kurang jeli, dan kurang tepat lah. Kasih kriteria lah jangan undang misal yang masih mengkritik Pancasila, saat dakwah ngomong kotor, misuh misuh, caci maki, memfitnah, menghasut, provokasi, ujaran kebencian," beber Said.

Meski begitu, Said menilai Kemenag memiliki wewenang membuat 200 nama yang direkomendasikan.

Hanya saja, ia menilai meski tujuannya baik, tetapi kurang tepat.

"Tujuannya memang barangkali baik, tapi kurang tepat karena sekali lagi yang didaftar itu yang boleh, padahal ada ribuan yang boleh, harusnya warning yang diterbitkan pendakwah yang kurang baik," imbuhnya.

Said juga mengaku, pihaknya tak dilibatkan dalam menentukan nama-nama 200 mubaligh yang dirilis tersebut.

"Tidak dilibatkan sama sekali (PBNU)," katanya.

Diketahui, sebelumnya Kemenag merekomendasikan 200 nama penceramah atau mubalig.

Nama-nama tersebut dirilis karena Kemenag sering mendapatkan pertanyaan mengenai rekomendasi penceramah.

Adapun kriteria yang dipilih, yaitu mempunyai kompetensi keilmuan agama yang mumpuni, reputasi yang baik, dan berkomitmen kebangsaan yang tinggi.

“Selama ini, Kementerian Agama sering dimintai rekomendasi muballigh oleh masyarakat. Belakangan, permintaan itu semakin meningkat, sehingga kami merasa perlu untuk merilis daftar nama muballigh,” kata Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.


0 Komentar