Rabu, 16 Mei 2018 18:33 WIB
Jakarta, Tigapilarnews.com -- Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, sektor industri masih kondusif meski terjadi serangkaian peristiwa teror di Indonesia. Investor dinilai masih menaruh kepercayaan yang tinggi terhadap Indonesia.
"Tentu bagi investasi kita perlu kepastian hukum dan keamanan. Tapi setelah kita bicara dengan sektor, seluruhnya masih confident. Karena kita tidak boleh terkena imbas ancaman negatif," ujar Airlangga di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta pada Rabu (16/5/2018).
Airlangga mengaku, investor masih percaya dengan kondisi keamanan di Indonesia. Menurutnya, saat ini harapan investor lebih banyak mengenai fasilitas untuk bisa mendorong pertumbuhan industri.
Senada dengan Airlangga, Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Azhar Lubis mengaku isu terorisme belum mengganggu iklim investasi di Indonesia.
"Beberapa perusahaan datang ke BKPM tidak banyak yang membahas itu karena mereka yakin khususnya kepolisian bisa menangani. Meski begitu ada yang concern juga mempertanyakan tapi kita sampaikan sudah ditangani oleh kepolisian," ujar Azhar.
Sebelumnya, Bank Indonesia juga menegaskan, jika aksi teroris hanya sedikit berpengaruh terhadap perekonomian. Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo dampat aksi teroris terhadap nilai tukar rupiah sangat kecil. Meski secara umum memang ada sedikit dampak ekonomi jika dunia internasional melihat adanya gangguan keamanan di Indonesia.
Tapi berkaca dari kejadian-kejadian sebelumnya, pengaruh dari insiden teror seperti pada Ahad (13/5) hanya minim. "Serangan bom kemarin hanya memberikan sedikit pengaruh kepada nilai tukar Rupiah," ujar Agus, Senin (15/5/2018).
Agus mengatakan, sejauh ini fundamental ekonomi Indonesia dalam keadaan baik. Dia meminta agar masyarakat tidak panik dan tetap tenang menghadapi volatilitas nilai tukar yang terjadi dalam beberapa hari terakhir. "BI dipastikan akan selalu berada di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. Kalau pun sudah menyentuh nilai tukar Rp 14 ribu per dolar AS, itu sesuatu yang kalau secara presentasi kecil, dan negara lain ada yang lebih buruk dari negara kita," kata Agus.(ant)