Senin, 14 Mei 2018 07:33 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com - Tweet berseri Wakil Ketua DPR Fadli Zon yang mengaitkan aksi terorisme di gereja Surabaya, Jawa Timur sebagai bukti kelemahan kepemimpinan memantik emosi kalangan parpol pendukung pemerintah.
Politisi Hanura Inas Nasrullah Zubir menyebut tweet Fadli sengaja mencari-cari kesalahan dengan memanfaatkan moment tertentu.
"Sebagai Wakil ketua DPR seharusnya berperilaku sebagai negarawan, sehingga tahu statement yang mana yang lebih utama, yaitu mengutuk perbuatan teror tersebut dan memberikan empati kepada korban yang tewas. Ini malahan mencari-cari kambing hitam," kata Inas saat dihubungi, Minggu (13/5/2018).
Inas menilai, Fadli tega mengunggah tweet itu demi kepentingan politiknya semata. Tweet itu disebut Inas seolah memberikan angin segar kepada pelaku aksi terorisme.
"Kok tega-teganya memanfaat peristiwa keji yang telah merenggut korban nyawa ini untuk kepentingan politik kelompoknya, bahkan cenderung memberikan angin kepada pelaku teror dengan postingan yang menyudutkan pemerintah," ucap anggota DPR yang duduk di Komisi VI itu.
Inas kemudian mengungkit pernyataan Fadli yang pernah menyindir ucapan Presiden Joko Widodo soal pemimpin berwajah diktator. Menurut Inas, tweet Fadli menunjukan inkonsistensi.
"Coba tanya Fadli Zon, yang bener yang mana nih? Dulu katanya diktator, sekarang lemah, kok mencla-mencle si zong?" ujarnya.
Hal senada juga dikatakan PDIP menilai statment Fadli terlihat politisi dengan memanfaatkan momentum aksi terorisme.
"Jangan ada pihak-pihak yang mengail ikan di air keruh, melakukan manuver politik di atas kedukaan masyarakat," kata Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno.
Hendrawan berharap, elite politik tak mengeluarkan pernyataan atau sikap yang memicu situasi memanas. Aksi terorisme yang belakangan terjadi ini agar tidak menjadi bahan untuk saling menuding.
"Pemberantasan terorisme membutuhkan dan mensyaratkan partisipasi dan kerja sama semua pihak. Dari para elite politik diharapkan sikap kenegarawanan, tidak mengobral ujaran kebencian atau kedongkolan, tidak memanas-manasi rakyat dengan bahasa dan diksi permusuhan," ujar Hendrawan yang duduk di Komisi XI DPR itu.
"Dalam kondisi seperti sekarang, seyogyanya kita menyatukan tekad dan langkah untuk memberantas terorisme sampai ke akar-akarnya, dari hulu sampai hilir," imbuh Hendrawan.
Kontroversi ini bermula dari tweet berseri Fadli soal teror bom di Surabaya lewat akun Twitter pribadinya @fadlizon pada Minggu (13/5) pagi. Dari tujuh tweet yang ia unggah, salah satu yang paling ramai ialah ketika Fadli mengaitkan aksi terorisme dengan kelemahan kepemimpinan.
"Terorisme biasanya bkembang di negara yg lemah pemimpinnya, mudah diintervensi, byk kemiskinan n ketimpangan dan ketidakadilan yg nyata," cuit Fadli.
Banyak netizen yang memprotes tweet Fadli itu. Tercatat, setidaknya ada 7.700 cuitan yang membalas tweet tersebut.