Sabtu, 28 April 2018 21:30 WIB

Kepala BIN Apresiasi Kiai dan Ulama Syiarkan Positif Ceramah di Masjid

Editor : Rajaman
Kepala BIN mendapatkan Piagam dari perwakilan ulama se-Jawa Tengah (ist)

SEMARANG, Tigapilarnews.com - Kepala BIN Jenderal Budi Gunawan mengapresiasi sikap masyarakat khususnya para kiai dan alim ulama selalu mensyiarkan peran positif dalam setiap ceramah disetiap masjid ada di Indonesia.

“saya mengapresiasi dan menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya terkait peran positif yang telah-sedang-akan selalu diberikan oleh para ulama/kiai dan para takmir masjid, dalam merawat prinsip-prinsip kebersamaan dan kerukunan kebangsaan di indonesia," kata Budi Gunawan dalam sambutannya dihadapan para kiai dan alim ulama di Masjid Agung se-Jawa Tengah, Sabtu (28/4/2018).

Mantan Kalemdikpol Polri ini pun mengaku amat sedih ketika muncul kekhawatiran banyak Masjid disinyalir menjadi tempat pengajaran dan penyebaran paham radikalisme yang menjadi bibit-bibit munculnya terorisme, sesungguhnya kekhawatiran ini bukan tanpa alasan, apalagi di alam kebebasan berbicara seperti saat ini. 

Bahkan, sambung dia, ceramah-ceramah agama di masjid-Masjid saat ini banyak berisi materi-materi yang mengajak orang untuk “berperang” melawan orang yang berbeda keyakinan dan agama, bahkan menggiring para jamaah untuk melakukan kekerasan atas nama agama dan menyebutnya sebagai jihad mulia yang balasannya adalah surga, dan mati di jalan jihad ini adalah mati mulia. 
"Banyak generasi muda yang punya semangat keagamaan tinggi, tetapi tidak cermat dan kritis memilah dan memilih sumber referensi akhirnya ikut bergabung demi imajinasi indah yang menyesatkan," ujar Budi Gunawan.

Di samping itu, menurut Budi Gunawan, bersamaan dengan aktifitas ritual yang dapat dikembangkan di masjid, kelompok intoleran juga telah melakukan sejumlah aksi yang justru merugikan umat Islam. Banyak pengalaman menunjukkan, misalnya, kondisi di Timur Tengah yang hancur pasca gelombang Arab Springs. Fenomena ini terjadi bermula dari khotbah intoleran dan radikal yang dikembangkan di masjid.

Apalagi, khotbah para pengikut intoleran dan radikal berbeda dengan ajaran Islam yang disampaikan Nabi Muhammad SAW yang lebih ditekankan pada penegasan implementasi taqwa dalam konteks kehidupan sehari-hari. Sedangkan kelompok intoleran menekankan pada tema politik dan hasutan-hasutan yang merusak citra pemimpin dan citra umat Islam yang ingin mengajarkan Islam rahmatan lil’alamiin. 

"Pada titik inilah, Masjid perlu tetap dikelola sesuai fungsinya, sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan, pengajaran dan pembangunan karakter positif serta harus menjadi peredam gerakan radikalisme, bukan justru menjadi pusat pengajaran paham radikalisme maupun intoleran yang dapat memecah belah bangsa sehingga mengancam keselamatan dan keutuhan NKRI. Masjid harus menjadi pilar ketahanan umat (society resilience) dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan," tegas Budi Gunawan yang mantan Wakapolri ini.

Oleh karenanya, ia berharap takmir Masjid dapat menggali dan menginventarisir potensi-potensi yang ada untuk kepentingan umat, baik dari sisi advokasi, pemberdayaan dan sebagainya sehingga kerahmatan Masjid dapat dirasakan oleh masyarakat.  
Ditambahkan Budi Gunawan, perlu kiranya dipikirkan untuk melakukan pelatihan peningkatan kapasitas (capacity building training) dalam rangka mendorong dan meningkatkan kemampuan takmir Masjid mewujudkan Masjid sebagai media penyebaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin dan pemersatu bangsa.

"Takmir Masjid harus menjadi garda terdepan dalam membentengi tempat ibadah masing-masing dari paham radikal maupun politik praktis, agar Masjid tidak menjadi tempat penyebaran ujaran kebencian, terutama menjelang tahun-tahun politik seperti saat ini," tandas Budi Gunawan yang juga mantan ajudan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri ini.


0 Komentar