Selasa, 03 April 2018 14:28 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Bareskrim mengatakan bandar narkoba mulai takut masuk ke Indonesia pascapenangkapan 1,6 ton sabu di Perairan Batam beberapa waktu lalu.
Sebab, aparat gabungan rutin melakukan operasi skala besar di perairan Aceh hingga Batam setelah pengungkapan itu.
"Mungkin sindikat jaringan takut dia. Mungkin sekarang dia juga mapping kita. Sekarang dari pantai Aceh hingga Batam dipatroli skala besar sehingga mereka (jaringan sindikat narkoba) tak berani masuk," kata Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim, Brigjen Eko Daniyanto, di kantor Bareskrim Cawang, Jakarta Timur, Selasa (03/4/201).
Eko menuturkan indikasi menipisnya stok sabu itu juga dilihat dari penurunan tren peredaran narkoba dalam dua bulan terakhir. Selain itu, harga di sabu di pasaran juga semakin naik.
Selain itu, lanjut Eko, stok sabu di wilayah Jakarta semakin menipis. "Stok sabu yang di Jakarta menipis karena ada yang ketangkap 1,6 ton," ujarnya.
"Dua bulan terakhir dibandingkan dua bulan yang lalu memang mengalami penurunan sekarang. Memang kalau kita lihat, kita ambil secara logika harga ekstasi di pasaran harga sabu di pasaran, harga sabu di pasaran naik ini kecuali yang dari Sumatera karena itu masuk dari laut, dari nelayan Penang ke Aceh, Johor ke Bengkalis," paparnya.
Ada empat tersangka yang ditangkap dalam pengungkapan sabu 1,6 ton itu. Pengendali jaringan teridentifikasi berinisial L dari China. "Tersangka dikendalikan oleh bos inisial L dari China," kata Eko.
Sementara penerimanya di Indonesia masih diburu. "Ada pengendalinya dan di Indonesia ada penerimanya. Kami tidak bisa beri tahu karena ini teknis penyidikan," kata Wadir Narkoba Bareskrim Polri Kombes Krisno Siregar di kantor Dit Narkoba Bareskrim Polri, Cawang, Jakarta Timur, Sabtu (24/2).(exe/ist)