Jumat, 16 Februari 2018 10:45 WIB

Jerman Gratiskan Angkutan Publik

Editor : Yusuf Ibrahim
Ilustrasi angkutan publik di Jerman. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigaplarnews.com- Jerman mulai serius mengurangi polusi udara.

Negara dengan jumlah mobil pribadi mencapai 45 juta unit pada 2015 itu berencana mengurangi penggunaan kendaraan di jalan raya dengan menggratiskan angkutan publik. 

Hal ini sekaligus untuk memenuhi target polusi Uni Eropa (UE) dan menghindari denda. Langkah tersebut hanya berselang sekitar dua tahun setelah perusahaan automotif Volkswagen didakwa di meja hijau setelah diketahui melanggar aturan emisi.

Tindakan itu sebelumnya mendapat protes keras dari industri automotif di Eropa, terutama Jerman. 

Industri automotif meru pakan salah satu tulang punggung perekonomian nasional Jerman. “Kami sedang menimbang untuk meng gratiskan angkutan umum demi mengurangi jumlah mobil pribadi. Perlawanan terhadap polusi udara harus dilakukan tanpa penundaan,” tulis Menteri Lingkungan Jerman, Barbara Hendricks, kepada Komisaris Lingkungan UE Karmenu Vella, dikutip The Local. 

Rencana itu akan diuji coba akhir tahun ini. Ada lima kota yang akan men jadi lokasi percobaan angkutan umum gratis tersebut, yaitu bekas ibu kota Bonn, kota industri Essen, Herrenberg, Reutlingen, dan Mannheim. Pemerintah Jerman juga akan melarang keras emisi dari bus dan taksi, membentuk zona emisi rendah, dan car-sharing. 

Jerman menganggap aksi pencegahan peningkatan emisi rumah kaca harus diambil dari sekarang. Pada akhir Januari lalu, Jerman dan delapan negara anggota Uni Eropa (UE), termasuk Spanyol, Prancis, dan Italia, sepakat untuk membatasi nitrogen dioksida dan denda besar yang harus dibayarkan jika tidak berupaya mencegah zat itu. 

Vella memberikan waktu tam bahan kepada negara anggota UE untuk membentuk dan menerapkan aturan baru dalam mencegah peningkatan polusi. Dia menegaskan negara yang bandel akan dituntut secara hukum. Polusi udara telah memengaruhi lebih dari 130 kota di Eropa hingga menyebabkan 400.000 orang tewas. 

Berdasarkan data dari Komisi Lingkungan UE, Eropa harus menghabiskan dana kesehatan hingga 20 miliar euro per tahun untuk menangani dam pak dari polusi udara. Meski tekanan dari UE tinggi, polusi udara sudah menjadi perhatian utama Berlin selama beberapa tahun terakhir menyusul kondisinya yang mengkhawatirkan. 

Data emisi di Jerman mulai sulit dipercaya setelah Volkswagen berlaku curang dalam uji coba emisi terhadap 11 juta kendaraannya. Para ahli lingkung an meminta mesin diesel dilarang beroperasi di beberapa pusat kota. Atas larangan itu, jutaan sopir dikhawatirkan akan terdampak menganggur sehingga Jerman mulai bertindak. 

Perusahaan automotif raksasa seperti BMW, Daimler, dan Volkswagen sepakat untuk mem bayar 250 juta euro dalam mendanai proses upgrading transportasi lokal. 

“Pemerintah harus bisa memastikan pabrik mobil itu mendanai langkah darurat transportasi gratis. Lahan parkir di perkotaan juga perlu diperluas,” ungkap Greenpeace. Transportasi umum amat populer di Jerman. 

Jumlah perjalanannya meningkat dalam 20 tahun terakhir menjadi 10,3 miliar pada 2017. Dibandingkan negara besar Eropa lainnya, harga tiket di Jerman terbilang murah. Satu kali perjalanan kereta bawah tanah di Berlin biasanya hanya 2,90 euro jika dibandingkan dengan London yang mencapai 5,50 euro. 

Namun, banyak pemerintah lokal yang menyarankan di bentuknya rencana tambahan jika kebijakan tersebut ingin sukses.

“Pasalnya, saya tidak tahu akan ada perusahaan yang mau mengirimkan bus listrik dalam jumlah besar yang kami perlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” kata Wali Kota Bonn Ashok Sridharan. 

Senada dengan Sridharan, Kepala Asosiasi Perkotaan Jerman Helmut Dedy juga meminta penjelasan lebih lanjut.

“Sejauh ini, kami tidak mendengar pernyataan yang jelas dari pemerintah federal mengenai bagaimana angkutan gratis itu akan didanai,” tandas Dedy. Kebijakan itu juga gagal diterapkan di Amerika Serikat.

Media lokal Die Welt juga mengkritisi kebijakan baru itu. Salah satu surat kabar ter kemuka Jerman itu menilai se makin banyaknya penumpang diperlukan penanganan yang serius, terutama selama jam sibuk.

“Kesimpulannya jelas, kami perlu lebih banyak kendaraan dan staf, tapi dari mana dana bermiliar-miliar itu diperoleh?”(exe/snd)


0 Komentar