Senin, 12 Februari 2018 06:43 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com - Aksi-aksi serangan yang terjadi pada pemuka dan umat beragama di beberapa lokasi di Pulau Jawa dalam beberapa waktu terakhir menjadi tamparan bagi pemerintah dan tokoh agama. Salah satunya teror yang terjadi di Gereja St Lidwina Bedog, Gamping, Sleman, Yogyakarta pada Minggu (11/2/2018).
Lembaga riset SETARA Institute menyatakan ironis atas ramainya aksi serangan atau persekusi terhadap umat beragama, sementara di satu sisi baru saja digelarnya Musyawarah Besar Pemuka Agama untuk Kerukunan Bangsa, 8-10 Februari 2018, di Jakarta.
"SETARA Institute mengutuk seluruh kebiadaban yang sarat dengan sentimen keagamaan tersebut. Bekaitan dengan itu, SETARA ingin mengingatkan ulang kepada Pemerintah, pemuka agama, dan elite ormas-ormas keagamaan bahwa potret riil kerukunan itu terletak di tingkat akar rumput," demikian rilis dari SETARA Institute dengan tajuk 'Hentikan Persekusi, Waspadai Politik Pecah Belah' yang diterima, Minggu (11/2/2018).
"Kerukunan antar umat beragama tidak cukup hanya dibangun secara simbolik-elitis dalam acara-acara pertemuan antaragama. Potret kerukunan yang riil dapat dilihat dalam relasi antarumat di level bawah, bukan di atas meja rapat dan ruang-ruang seremonial antarpemuka agama."
Atas dasar itu, SETARA menyatakan aparat keamanan harus mewaspadai dan mencegah pola-pola gangguan keamanan terutama yang menggunakan sentimen kegamaan untuk memecah belah kerukunan masyarakat di tingkat akar rumput.
Selain itu, aparat hukum diminta tak boleh tunduk terhadap kelompok-kelompok intoleran dalam penegakan hukum itu.
"SETARA berkali-kali mengingatkan, lemahnya penegakan hukum atas kasus-kasus serupa di atas akan mengundang kejahatan lain yang lebih besar," demikian pernyataan lembaga tersebut.
Selain itu, jelan Pilkada Serentak 2018 dan Pemilu serta Pilpres 2019, SETARA pun meminta proses kompetisi politik dijauhkan dari penggunaan segala cara memobilisasi sentimen primordial, termasuk agama.
"Kerukunan antar elemen bangsa dan ikatan kebangsaan di antara mereka terlalu luhur untuk dirusak demi dipertukarkan dengan jabatan politik jangka pendek apapun," demikian pernayataan SETARA.
Penyerangan yang terjadi di Gereja Sleman oleh pria menggunakan senjata tajam pada pagi tadi melukai empat orang termasuk pemuka agama dan seorang polisi. Sebelumnya, pada 7 Februari, SETARA mencatat telah terjadi persekusi terhadap Biksu Budha Mulyanto Nurhalim di Desa Caringin, Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang.
sebelumnya di beberapa daerah lain di Jawa termasuk di Jawa Barat ada serangan kepada pemuka agama oleh orang tak dikenal.
"Pemerintah, pemuka agama, dan elite ormas keagamaan sesuai otoritas masing-masing hendaknya mencegah dan menghentikan provokasi di ruang-ruang syiar agama yang membangkitkan perasaan tidak aman (insecured), kebencian (hatred), dan kemarahan (anger) yang dapat memicu tindakan main hukum sendiri (vigilante) dan penggunaan kekerasan (violence) seperti yang terjadi di Sleman, Tangerang, Bandung, juga Bantul dalam dua minggu terakhir," demikian tutup pernyataan SETARA.