Kamis, 11 Januari 2018 17:04 WIB
Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan, sekitar 60.000 anak-anak Rohingya di kamp-kamp di Negara Bagian Rakhine menghadapi kondisi yang sanagt memprihatinkan dan tidak dapat menerima perawatan untuk masalah kesehatan, termasuk malnutrisi akut.
Meskipun "mata dunia" difokuskan pada 655.000 pengungsi yang telah meninggalkan Rakhine utara ke Bangladesh, 60.000 anak-anak Rohingya tetap "hampir terlupakan," di kamp-kamp di pusat Rakhine, juru bicara UNICEF, Ms Marixie Mercado, mengatakan pada tanggal 9 Januari.
Briefing wartawan dari Jenewa dalam kunjungannya ke Myanmar dari tanggal 6 sampai 3 Januari melaporkan, Mercado mengatakan "mengganggu" keputusan pemerintah untuk memblokir akses agen kemanusiaan ke Rakhine utara setelah serangan oleh militan Islam pada 25 Agustus.
"Mitra telah mengidentifikasi sekitar 20 anak-anak yang terpisah dari keluarga mereka selama kekerasan tersebut namun diperkirakan jumlahnya paling sedikitnya 100 anak, anak-anak yang terpisah dari keluarga sebagian besar berada di bagian negara bagian Rakhine utara yang masih belum dapat mereka akses," katanya, dalam sebuah laporan dari Pusat Berita PBB
Mercado mengatakan bahwa setelah kekerasan dimulai pada 25 Agustus, UNICEF tidak lagi dapat memberikan pengobatan yang menyelamatkan jiwa kepada 4.800 anak-anak yang menderita gizi buruk akut.
"Semua 12 pusat perawatan terapeutik rawat jalan yang dikelola oleh mitra kami ditutup karena mereka dijarah, dihancurkan atau staf tidak dapat mengaksesnya," katanya.
Mercado mengatakan bahwa dua kamp terburuk yang dia kunjungi ada di Kotapraja Pauktaw Rakhine yang bisa dicapai setelah naik perahu empat jam.
"Hal pertama yang Anda perhatikan saat menuju kamp adalah bau busuk. Bagian-bagian dari kamp-kamp itu tempat penampungan tumpukan sampah dan kotoran, "katanya.
"Anak-anak berjalan tanpa alas kaki melalui kotorannya. Seorang manajer kamp melaporkan empat kematian di antara anak-anak berusia 3-10 dalam 18 hari pertama bulan Desember. "
Mercado mengatakan bahwa anak-anak Rohingya yang tinggal di daerah pedesaan hampir sepenuhnya terisolasi.
"Kami mendengar tingginya tingkat ketakutan berdampak pada anak-anak dari komunitas Rohingya di Rakhine," katanya.
Mercado mengatakan bahwa UNICEF siap bekerja dengan pemerintah Union dan otoritas Rakhine untuk memberikan bantuan kepada semua anak, terlepas dari etnisitas, agama atau status, namun memerlukan akses tak terbatas.