Selasa, 09 Januari 2018 18:05 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Ketakutan untuk memulai usaha atau menjadi wirausahawan, boleh jadi kini tidak lagi terjadi. Mulai dari tidak tahu bagaimana cara untuk memulai usaha, menentukan jenis usaha hingga tidak memiliki modal, kerap jadi pemicu usaha yang dilakukan tidak pernah berjalan.
Untuk itu, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) terus mendorong para pelaku atau calon pegiat usaha, khususnya pemuda, untuk memulai dan mengembangkannya. Terlebih, wirausaha merupakan potensi pembangunan, baik dalam jumlah maupun dalam mutu wirausaha sendiri.
Kenyataannya, jumlah wirausahawan Indonesia masih sedikit dan mutunya belum bisa dikatakan hebat, sehingga persoalan pembangunan wirausaha Indonesia merupakan persoalan mendesak bagi suksesnya pembangunan.
Untuk itu, Kabid Pemetaan Kewirausahaan di Kemenpora, Sutrija, berharap semakin banyak anak muda yang mulai tertarik dan melirik profesi bisnis sebagai hal yang cukup menjanjikan masa depan cerah.
“Di 2018 banyak yang akan kita jalankan, yakni di antaranya pemetaan, penumbuhan minat berwirausaha. Pemuda di pedesaan, dan kantong-kantong pemuda, akan kita datangi. Jadi tempatnya tidak dipilih-pilih. Terutama, pemuda yang banyak masalahnya, kita coba garap, sehingga mereka tidak lagi menjadi masalah sosial dan diharapkan bisa jadi pelopor,” katanya, di kantor Kemenpora, Senayan, Jakarta, Senin (09/01/2018) petang.
“Kita juga melatih para pemuda yang punya minat dan bakat untuk terus berkembang dan memiliki mutu serta daya saing. Kemenpora Kemenpora menargetkan 8000 sampai lebih muncul wirausaha baru. Selama ini yang daftar melebihi kapasitas tapi dibatasi usianya 16-30 tahun. untuk tahun, jenis usahanya tidak dibatasi, apa saja boleh, terserah. Daftar online di web Kemenpora. Sedangkan untuk yang diberhasil, kita kasih modal. Nilainya tahun ini untuk personal Rp15 juta dan kelompok Rp100 juta,” imbuh promotor yang pernah bermaksud menggelar pertandingan tinju pasir pantai (Beach Boxing) di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumatera Selatan, tersebut.
Ditambahkan Jaja- sapaan Sutrija- ini rangsangan agar para pemuda tidak lagi mengalami kesulitan. “Mereka tidak diminta mengembalikan dana, tapi harus dipertanggungjawabkan secara keuangan dan kegiatannya. Kita juga ada monitoring dan evaluasinya. Yang paling banyak di industri kreatif, misalnya membuat cangkir dari bambu, batik, dan lainnya. Produk kreatif itu ada 16, jadi banyak sekali yang bisa dikakukan,” tuturnya.
“Sebarannya kini masih prihatin, karena masih di Jawa dan Bali. Untuk tahun ini kita fokuskan di luar Jawa. Kendalanya sangat banyak, mulai dari budaya masyakatnya, karena terlena dengan kekayaan alam dan tutornya yang masih sedikit, belum paham juga soal wirausaha. Karena itu kita gedor terus sebab Indonesia pasar terbesar di dunia, tetapi banyak diisi produk asing. Ini kesempatan buat kita, pemuda, supaya bisa mengisi pasar itu. Apalagi produk kereatIf. Cina saja sangat takut dengan produk kreatif kita,” urainya.
Untuk itu ditambahkannya, bakal terus melakukan sosialisasi agar target yang diharapkan mampu tercapai dengan baik. “Kita akan sosialisasi terus termasuk dengan dinas tingkat dua agar bisa merata. Selama ini, ada dinas juga yang malas-malasan dengan alasan tidak ada dana sosialisasi. Sebetulnya, ini hanya soal kemauan, sebab banyak kegiatan yang bisa ditumpangi. Kami tidak ingin sebagian saja yang terfasilitasi, tapi bisa semua pemuda,” jelasnya.
“Wirausaha itu mengasyikan. Semua pemimpin, juga dahulunya memulia usaha, menjadi wirausahawan, seperti Pak Jokowi, Pak JK (Wpres Jusuf Kalla), hingga Donald Trump (presiden Amerika Serikat),” pungkasnya.(exe)