Kamis, 14 Desember 2017 10:47 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com - Anggota Dewan Perwakilan Daerah Andi Mappetahang Fatwa atau AM Fatwa meninggal dunia pada usia 78 tahun di Jakarta, Kamis (14/12/2017).
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengaku amat sangat kehilangan sosok politikus senior dianggap memiliki jasa bagi tanah air.
"Saya mengenal pak Fatwa sejak lama sekali di banyak momentum," kata Fahri saat dihubungi, Kamis (14/12/2017).
Fahri menuturkan, sebagai orang Sumbawa beliau juga pernah tinggal dan lama di kampungnya, sebagai tokoh Bugis di Jakarta tentu dirinya juga sama-sama memiliki darah Bugis kelahiran Bone.
"Waktu saya tiba di Jakarta saya sudah mengenal beliau sebagai tokoh yang melegenda, beliau terlibat dalam peristiwa poliitk pada masa lalu baik orde lama maupun Orde baru," ujar Fahri.
Dimata Fahri, sosok AM Fatwa termasuk yang dipenjara lama karena tuduhan-tuduhan poltik di masa lalu, lebih dari 12 tahun menjalani penjara yang vonis-nya seumur hidup. Apalagi, keaktifannya di organisasi-organisasi Islam seperti PII, HMI dan lain-lain membuatnya menjadi dikenal luas di kalangan Islam dan nan Islam.
"Sebelum saya menjadi anggota DPR kami bersama-sama di banyak tempat sebelum reformasi dan saat reformasi. Bersama almarhum Adi Sasono kami bersama aktif di ICMI dan bersama Prof Amien Rais kami bersama mendorong reformasi," kenang politikus PKS ini.
Lebih lanjut Fahri coba mengingat dimana pada tanggal 20 Mei 1998 malam berangkat dari rumah Prof Malik Fadjar di kawasan Menteng ia meninjau kawasan Monas yang kabarnya sudah dikepung tentara.
"Kami bertiga dengan pak Amien Rais naik mobil pak fatwa, kijang (berwarna merah hati). Setelah melihat monas yang dipenuhi alat persenjataan berat kami kembali ke Menteng dan memutuskan untuk membatalkan aksi damai keesokan harinya yang ternyata malah pak Harto mengundurkan diri 21 Mei 1998," kata Fahri mengingat peristiwa 98 itu.
Ditambahkan Fahri, lalu ia bersama AM Fatwa pernah bersama-sama di DPR dan MPR, Fahri mengenal secara dekat sekali cita-cita dan perjuangannya sejak awal sehingga kemampuan dan pandangan politiknya.
Terlebih, AM Fatwa seorang politisi Islam yang memmiliki observasi sangat luas pada persoalan sejarah, ke Islaman dan ke Indonesian.
"Menurut saya dia itu seperti sisa akhir dari peninggalan politik Islam dari masa lalu, karena itulah kepergian dia ini mmbuat kita kehilangan org yang pernah sangat ada di pentas politik di negeri ini, mudah-mudahan kita banyak mengambil banyak contoh dari pak Fatwa karena sesungguhnya dia merupakan politisi sangat senior dan meninggalkan bekas sangat mendalam," tegasnya.
Terakhir Fahri mengakui ada sedikit perbedaan pendapat tentang KPK sampai beliau sangat marah. Tapi entah mengapa pada hari berikutnya beliau mengirim surat meminta maaf, dan saya pun bertamu.
"Dalam kesempatan itu beliau ada permintaan khusus terkait masa depan politik saya pasca PKS tetapi saya mendiskusikannya secara santai," kenang Fahri.