Senin, 11 Desember 2017 07:17 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com - Jelang sidang perdana kasus korupsi e-KTP. Tersangka sekaligus ketua DPR Setya Novanto melalui sebuah suratnya menyatakan mengundurkan diri sebagai orang no satu di parlemen.
Selain itu, Novanto disebut menunjuk Ketua DPP Partai Golkar Aziz Syamsuddin sebagai ketua DPR untuk menggantikan dirinya.
Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus menilai langkah Novanto sebagai sesuatu yang aneh, terutama terkait penunjukan Aziz.
"Ini aneh, karena bagaimana bisa menjelaskan, di satu sisi Novanto mau mengundurkan diri dari jabatannya sebagai ketua DPR, yang artinya dia kehilangan kekuasaan sebagai pimpinan DPR, tetapi di sisi lain (mengundurkan diri) dengan adanya perintah menunjuk Aziz Syamsuddin sebagai penggantinya," kata Lucius, dalam keterangan pers, Minggu (10/12/2017).
Keanehan ini, menurut Lucius, Novanto seolah-olah mau menunjukkan tetap berkuasa meski dia sudah mengundurkan diri.
"Keanehan ini saya kira menjelaskan bahwa surat pengunduran diri ini memang hanya sebuah keterpaksaan," ujar Lucius.
Lucius menyatakan DPR, terutama Fraksi Partai Golkar, tak perlu mendengarkan, apalagi menuruti perintah Setya Novanto.
Legitimasi Novanto dianggap sudah hilang, karena hampir pasti pemberhentian terhadapnya bisa dilakukan setelah statusnya menjadi terdakwa.
"DPR tak bisa diatur-atur oleh seseorang yang sudah ditahan karena dugaan melakukan kejahatan korupsi. DPR adalah lembaga terhormat dan hanya layak dipimpin orang terhormat," ujar Lucius.
Nama Aziz muncul setelah Ketua Koordinator Bidang Kesejahteraan Masyarakat DPP Partai Golkar Roem Kono menyebut adanya arahan dari Setya Novanto, yang juga ketua umum nonaktif Partai Golkar, yang menunjuk Aziz Syamsuddin sebagai ketua DPR RI menggantikan Novanto.
"Memang sudah ada pemberitahuan secara tidak resmi bahwa memang betul bahwa ada surat putusan dari Ketua Umum Setya Novanto menunjuk saudara Aziz," ujar Roem seusai acara diskusi di Senayan, Jakarta, Sabtu (9/12/2017).
Surat pengunduran diri Novanto ini juga telah disampaikan Ketua Fraksi Partai Golkar Robert Kardinal dalam pertemuan dengan sejumlah fraksi di DPR pada Jumat (8/12/2017) kemarin.
Siap Gantikan Novanto
Sementara itu mengkonfirmasi perihal dirinya ditunjuk Setya Novanto menjadi ketua DPR. Aziz Syamsuddin sendiri menyatakan siap untuk menggantikan Novanto.
"Sebagai kader partai kan saya harus mengamankan keputusan partai. Namanya tugas partai kami ikut," kata Aziz, Sabtu (9/12/2017).
Aziz mengaku sudah melihat langsung surat yang ditandatangani Setya Novanto dan dikirimkan ke Fraksi Partai Golkar. Surat itu sekaligus menyatakan bahwa Novanto bersedia mundur dari posisinya sebagai ketua DPR.
Meski ditandatangani Novanto dari dalam tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi, Aziz memastikan surat tersebut sah sebagai amanat DPP Partai Golkar.
Meski dorongan mengganti ketua umum Partai Golkar terus menguat, Aziz menegaskan bahwa Novanto sampai saat ini masih menjabat sebagai ketua umum partai berlambang beringin itu.
Oleh karena itu, Novanto masih berhak mengambil keputusan mengatasnamakan DPP Partai Golkar.
"Suratnya diketik, kan keputusan DPP, sesuai AD/ART sah," ucap Aziz.
Selanjutnya, Aziz menyerahkan sepenuhnya kepada mekanisme yang ada sesuai dengan tata tertib di DPR.