Selasa, 07 November 2017 18:42 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Riau mengungkap banyak masyarakat yang terjerat rentenir dalam pemanfaatan layanan peminjaman uang untuk modal usaha.
"Saya dapat informasi dari beberapa masyarakat bahwa mereka lebih suka berhubungan dan terjerat rentenir, " kata Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Riau, Yusri, di Pekanbaru, Selasa.
Hal ini terbukti dari menjamurnya bisnis rentenir di Riau yang merambah ke semua sektor baik wilayah perkotaan dan perdesaan.
Kondisi ini, kata dia, tentu sangat merugikan karena masyarakat terjerat hutang yang berlipat sehingga sulit bangkit dari kemiskinan.
Ia menilai saat masyarakat berhubungan dengan rentenir yang kaya itu pemberi pinjaman karena mematok bunga besar, sebaliknya peminjam semakin miskin.
"Rentenir menetapkan bunga tinggi 10 persen per hari, untuk mengambil keuntungan. Misalkan, dipinjamkan uang Rp1 juta wajib kembali Rp1,1 juta," ujar dia.
Menurut dia, tumbuh suburnya rentenir di Riau karena masyarakat nyaman dan mudah berhubungan dengan mereka tanpa syarat berbelit-belit. Tidak seperti ke perbankan yang punya aturan sendiri.
"Kenapa masyarakat suka berhubungan dengan rentenir sebab belum ada layanan dari perbankan," tegasnya.
Layanan di sini, kata dia, yakni perbankan yang memberikan kemudahan informasi, persyaratan dan lokasi peminjaman sehingga masyarakat nyaman dan familiar dalam meminjam uang.
Sementara itu, Sinaga (45) seorang pedagang sayur di Pasar Kodim membenarkan bertahun-tahun meminjam modal jualan sama rentenir yang datang menawarkan uang di pasar tiap hari.
Alasannya selain mudah mendapat pinjaman saat butuh, langsung dikutip cicilannya tiap hari ke lokasi berjualan sehingga tanpa repot-repot harus ke bank.
"Kapan saja saya butuh uang biar hari libur bisa, terus tidak pakai tanya-tanya syarat, " ujar Sinaga.
Memang diakuinya potongannya besar maksimal 20 persen tetapi karena butuh dan tidak perlu agunan ia tetap memanfaatkan jasa rentenir.
"Habisnya saya butuh modal, kalau ke bank susah," katanya.
Di beberapa pasar tradisional Pekanbaru tiap hari ada saja perempuan atau lelaki yang meminta kutipan sejumlah uang kepada para pedagang di sana, dengan menyodorkan semacam kartu yang terbuat dari kertas karton diberi kotak-kotak.
Lalu rentenir membubuhkan paraf di atas kolom sesuai cicilan harian, kemudian pedagang memberikan sejumlah uang.
Kotak dalam kolom karton yang sudah dibuat jumlahnya akan disimpan pedagang, demikian prosesnya tiap hari hingga semua kolom penuh oleh paraf alias lunas.(ant)