Kamis, 02 November 2017 19:44 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (02/11/2017) sore, menguat sebesar 69 poin menjadi Rp13.511 per dolar AS setelah pada hari sebelumnya bertengger pada Rp13.580 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, mengatakan bahwa mata uang berbasis komoditas, seperti rupiah bergerak menguat dipicu harga minyak mentah dunia yang stabil di atas 50 dolar AS per barel.
"Harga minyak menguat menopang penguatan rupiah sebagai salah satu mata uang berbasis komoditas," katanya.
Terpantau harga minyak jenis WTI Crude pada Kamis (2/11) sore ini berada di level 54,24 dolar AS per barel, dan Brent Crude menjadi 60,33 dolar AS per barel.
Kendati demikian, lanjut dia, apresiasi rupiah relatif masih terbatas, sebagian investor cenderung menahan diri untuk tidak terlalau agresif dan menunggu laporan data penggajian non-pertanian (Non Farm Payroll/NFP) Amerika Serikat pada akhir pekan ini. Jika data NFP AS itu menguat maka terbuka potensi bagi dolar AS kembali menguat.
Ia mengatakan bahwa data NFP menjadi salah satu data yang kerap ditunggu oleh para pelaku pasar keuangan karena mencerminkan kondisi ketenagakerjaan di sektor komersil dan industri di Amerika Serikat.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa semtimen dari dalam negeri mengenai kemudahan berusaha yang membaik turut menjaga fluktuasi mata uang domestik di area positif.
Ia mengemukakan bahwa Bank Dunia menyatakan percepatan reformasi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir memberikan dampak positif. Kondisi itu membuat Indonesia mencatat peringkat kemudahan berusaha naik menjadi 72 dari posisi 91 dari 190 negara.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis (2/11) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.567 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.592 per dolar AS.(ant)