Sabtu, 21 Oktober 2017 17:02 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Masalah doping menjadi momok utama bagi setiap atlet yang terlibat dalam berbagai perhelatan baik di tingkat nasional maupun internasional, dimana dampak yang dirasakan mampu menghancurkan perjalanan karir kedepan.
Kondisi itulah yang menjadi perhatian Lembaga Anti-Doping Indonesia (LADI) bersama Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) untuk memecahkan solusi agar atlet tidak selamanya menjadi korban dampak doping, khususnya ketika Indonesia akan menghadapi event berskala internasional Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang.
Bercermin dari event Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 di Jawa Barat, dimana tercatat pihak LADI menemukan sekitar 22 atlet yang terlibat dan terbukti menggunakan doping, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Hal inilah menjadi perhatian penting LADI dan KONI Pusat sehingga tidak ada lagi atlet Indonesia yang terjebak dalam doping kala menghadapi Asian Games 2018 mendatang.
Menurut anggota LADI, Prof Dr. James Tangkudung yang didampingi Kepala Sport Science KONI Pusat, Lilik Sudarwati saat menjadi pembicara dalam seminar yang bertema Bebas Doping Menuju Asian Games 2018 yang diselenggarakan Seksi Wartawan Olahraga Persatuan Wartawan Indonesia (SIWO PWI) dan LADI di Hotel Ambhara, Jakarta, Sabtu (21/10), menilai bahwa ada beberapa unsur kenapa atlet terjebak dalam penggunaan doping, meskipun tidak mengetahui dampak yang akan dihadapinya.
“Atlet memiliki tujuan untuk mengejar prestasi, dalam posisi itulah seorang atlet terjebak baik secara sadar maupun tidak sadar, sehingga menggunakan doping. LADI tentunya sangat menyayangi kondisi itu, dan itu perlu menjadi perhatian secara luas dan pengetahuan dari atlet sendiri,” tutur James.
Dirinya pun berharap kondisi ini perlu perhatian dari induk cabor di Indonesia untuk bisa memberikan perhatian lebih kepada atlet yang dipersiapkan menghadapi perhelatan kejuaraan di tingkat nasional maupun internasional, mulai dari pola konsumsi nutrisi sehari-hari, penganganan dokter terapi hingga pengetahuan secara medalam mengenai dampak doping.
“LADI sangat focus dalam memberikan sosialisasai atlet terkait dampak doping, sehingga atlet bisa mengetahui secara jelas, khususnya unsur-unsur yang dilarang untuk dikonsumsi. Karena banyak atlet tidak menyadari bahwa mengonsumsi pengobatan tradisional terdapat unsur doping yang tidak disadari, dan disisi lain peran dokter atlet juga menjadi factor utama dalam memberikan informasi secara jelas tentang penggunaan atlet, sehingga atlet tidak menjadi korban,” tambah James.
Sementara itu KONI Pusat sangat mendukung LADI dan siap membantu dalam mensosialisasikan doping kepada atlet di Indonesia sehingga bisa mendapatkan pengetahuan secara luas, baik dalam bebrbagai seminar KONI Pusat maupun kegiatan lainnya.
“KONI Pusat dan LADI sangat perhatian terhadap doping di Indonesia, kita bersama-sama bekerja sama, bahkan dalam Rapat Kerja Konsultasi dan Koordinasi Nasional KONI yang akan diselenggarakan pada 30 Oktober nanti akan kita sampaikan dampak doping, KONI pun akan melakukan pelatihan diseluruh provinsi, melakukan peninjauan langsung dalam setiap event,” tutur Lilik.
Rencananya untuk bisa memudahkan kerja LADI secara efektif, KONI Pusat akan mengajukan penetapan agar dalam setiap kejuaraan nasional yang melibatkan atlet terus melibatkan LADI, sehingga torehan prestasi atlet-atlet tersebut bisa menuai keabsahan secara tegas.
“KONI Pusat akan membahas penetapan peran LADI secara nyata dalam kejuaraan nasional, sehingga bisa membantu pencegahan doping sejak dini, dan atlet pun mendapatkan pengetahuan secara luas,” Lilik.(ist)