Minggu, 03 September 2017 22:44 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Meski tidak secara langsung menjadi murid dari Gus Miek –panggilan akrab KH Hamim Tohari Djazuli, namun La Nyalla Mahmud Matalitti, merasakan karomah dari sosok kiai besar tersebut.
Di hati La Nyalla, Gus Miek punya ikatan batin kuat, dan seakan sudah "terpatri" di hatinya. "Saya bersyukur bisa menghadiri undangan Haul Akbar ke-25 Al Magfurlah Gus Miek di Ploso, Kediri ini, karena meskipun saya tidak pernah secara langsung tercatat sebagai santri beliau, tetapi dulu saya beberapa kali bertemu beliau dan saya merasakan denyut karomah beliau," ungkap La Nyalla usai menghadiri acara tersebut, Sabtu (2/9) malam.
La Nyalla yang malam itu merasa seperti hadir di rumah sendiri, memang langsung disambut hangat oleh putra Gus Miek, KH Tijani Robet Saifunnawas atau Gus Robet dan anaknya, Gus Tuba, cucu Gus Miek.
Dalam acara haul itu, Gus Robet memimpin pembacaan doa dan memberikan tausiyah kepada ribuan undangan. Memang setiap Haul Gus Miek, yang diadakan sehari setelah Idul Adha, selalu dihadiri ribuan orang.
Maklum, mereka yang hadir rata-rata pengikut pengajian Semaan Dzikrul Ghofilin, yang dikenalkan oleh Gus Miek.
Bakal Calon Gubernur Jatim, La Nyalla, malam itu larut mengikuti semaan Dzikrul Ghofilin, yang oleh Gus Miek disebut sebagai zikir pengingat bagi mereka yang lupa. La Nyalla pun berharap semua yang hadir malam itu mendapat barokah dari Allah SWT.
Menurut La Nyalla, masyarakat selalu merindukan dan membutuhkan nasihat dari para ulama. Dia lantas mengenang perjuangan Gus Miek dalam mengajak masyarakat menuju kebaikan. Gus Miek dikenal sebagai kiai yang nyentrik dan kontroversial, tapi kiprahnya sudah diakui banyak pihak.
"Saya ikuti kisah perjuangan dakwah Gus Miek. Luar biasa perjuangannya. Gus Miek hadir langsung membimbing rakyat di jalanan. Dia berkumpul bersama semua orang tanpa mengenal status sosial," ujar La Nyalla seraya menambahkan bahwa inti dakwah Gus Miek adalah mengajak warga untuk mengingat Allah SWT.
Antara lain lewat laku Dzikrul Ghofilin yang digagasnya bersama waliyullah KH Hamid Pasuruan dan KH Achmad Siddiq Jember yang merupakan murid langsung pendiri NU. KH. Hasyim Asy’ari.(exe/ist)